Minggu, 01 Mei 2016

Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Kabar



ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA SURAT KABAR SIANTAR 24 JAM
 “YA AMPUN, SISWA SMP CABULI DUA ANAK TK”

Disusun oleh :
1.     Kayani Panjaitan                   13110102
2.     Debora Manurung                 13110103
3.     Titir Novita Napitupulu                  13110100

Grup                                            : B
Mata Kuliah                                : Analisis Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengasuh                          : Samuel B.T Simorangkir, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2016








 
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini diperbuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Analisis Kesalahan Berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam “ Ya Ampun, Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritikan agar dihari-hari mendatang penulis dapat lebih baik dalam membuat makalah.
            Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.          

 Pematangsiantar, Maret 2016

Penulis






i







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                                            i
DAFTAR ISI                                                                                                                            ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................................................... 2
1.3. Pembatasan Masalah ......................................................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3
1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 3
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 4
BAB II  KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ........................................................................ 5
2.2. Pengertian Berita ............................................................................................................... 6
2.3 Pengertian Fonologi ........................................................................................................... 8
2.4. Pengertian Morfologi ........................................................................................................ 9
2.5.Pengertian Sintaksis ......................................................................................................... 11
2.6 Ejaan yang Disempurnakan .............................................................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian  ............................................................................................................. 17
3.2. Subjek Penelitian ............................................................................................................. 17
3.3. Metode Penelitian ............................................................................................................ 17
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 18
3.5. Teknik Analisis Data ....................................................................................................... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN                  
4.1 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Fonologi .................................................................... 20
4.2 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Morfologi .................................................................. 21
4.3  Kesalahan Berbahasa dari Tataran Sintaksis ................................................................... 21
4.4 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)........................ 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan .......................................................................................................................... 28
3.2. Saran ................................................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA                                             















ii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang disebut bahasa. Setiap masyarakat tentunya memiliki bahasa. Dalam komunikasi sehari-hari alat yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa, baik berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa juga merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan diri.
Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.Komunikasi lisan yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita.
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode. 
Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari bahasa kedua (bahasa yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang belajar bahasa pertama (bahasa ibu). Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.
Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak  bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian terhadap kesalahan berbahasa pada sebuah surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan ejaan yang disempurnakan.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Kesalahan berbahasa dilihat dari tataran Fonologi
2.      Kesalahan berbahasa dilihat dari tataran Morfologi
3.      Kesalahan berbahasa dilihat dari tataran Sintaksis
4.      Kesalahan berbahasa dilihat dari tataran Ejaan yang Disempurnakan (EYD)







1.3 Pembatasan Masalah
Suatu penelitian haruslah mempunyai batasan masalah. Dengan batasan masalah yang ada, penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti shingga tujuan yang dimaksudkan peneliti dapat tercapai. Untuk itu peneliti membatasi masalah yang hendak diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis kesalahan berbahasa dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan tataran Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dalam surat kabar Siantar 24 Jam  dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK.”

1.4 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran fonologi?
2.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada  surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran morfologi?
3.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada  surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran sintaksis?
4.      Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran Ejaan yang Disempurnakan?


1.5 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan penelitian ini. Dengan tujuan yang dilaksanakan lebih terarah, efektif dan efesien. Tujuan adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran fonologi.
2.      Untuk mengetahui analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran morfologi.
3.      Untuk mengetahui analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jamdengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran sintaksis.
4.      Untuk mengetahui analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” dari tataran Ejaan yang Disempurnakan.

1.6  Manfaat Penelitian
Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk :
1.      Menambah pengetahuan tentang analisis kesalahan berbahasa dari segi tataran fonologi, morfologi,  sintaksis, dan ejaan yang disempurnakan.
2.      Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.














BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bagian kajian teori ini akan dikemukakan teori yang berkaitan dengan masalah yang dikaji secara berturut – turut, hal – hal  yang dipaparkan adalah :

2.1 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih, 1996/1997 : 25)
Pengertian Kealahan Berbahasa menurut para ahli :
1. Crystal (dalam Pateda,1989:32), analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.
2. Tarigan (1990:68), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu
3. Corder, kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code). Pelanggaran terhadap kode ini bukanlah hal yang bersifat fisik semata-mata, melainkan merupakan tanda akan kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”
Ellis (dalam Tarigan 1988) menyatakan bahwa terdapat lima langkah kerja analisis bahasa, yaitu :
1.      Mengumpulkan sampel kesalahan
2.      Mengidentifikasi kesalahan
3.      Menjelaskan kesalahan
4.      Mengklasifikasikan kesalahan, dan
5.      Mengevaluasi kesalahan

2.2 Pengertian Berita
Berita adalah laporan peristiwa (fakta) atau pendapat (opini) yang aktual (terkini), menarik danpenting.Ada juga yang mengartikan berita sebagai informasi baru yang disajikan dalam pembacaan / penulisan yang jelas, aktual dan menarik.
Paul De Maeseneer dalam bukunya Here’s the News mendefenisikan berita sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Defenisi ini mengandung unsur – unsur yang :
a.       baru dan penting
b.      bermakna dan berpengaruh
c.       menyangkut hidup orang banyak
d.      relevan dan menarik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.Fakta adalah peristiwa yang benar-benar ada / terjadi, sedangkan opini adalah hal yang sifatnya pernyataan, belum terjadi dan belum tentu benar.

Syarat Berita
Berdasarkan pengertian berita di atas, dapat disimpulkan syarat berita adalah sebagai berikut :
·         Merupakan fakta, berita haruslah berdasarkan kejadian atau peristiwa yang benar-benar nyata
·         Terkini, artinya jarak penyiaran berita dengan waktu kejadian tidak telalu jauh
·         Seimbang, artinya berita harus ditulis dan disampaikan dengan seimbang, tidak memihak kepada salah satu pihak.
·         Lengkap, berita haruslah memenuhi unsur-unsur berita sebagaimana akan kita bahas di bawah ini.
·         Menarik, artinya berita harus mampu menarik minat pembaca atau pendengarnya. Berita dapat dikatakan menarik bila bermanfaat bagi pembaca atau pendengarnya, berkaitan dengan tokoh terkenal, berkaitan dengan kejadian penting, humor, aneh, luar biasa atau bersifat konflik.
·         Sistematis, berita seharusnya disusun secara sistematis, urutannya jelas sehingga pembaca tidak kebingungan dalam menangkap isi berita.
Unsur-unsur berita
Salah satu syarat berita adalah lengkap. Untuk dapat dikatakan lengkap, berita haruslah mampu menjawab pertanyaan 5W + 1 H sebagai berikut :
·         What : Apa yang terjadi ?
·         Who  : Siapa yang terlibat ?
·         Why    : Mengapa hal itu bisa terjadi ?
·         When  : Kapan peristiwa  tersebut terjadi ?
·         Where : Dimanakah peristiwa tersebut terjadi ?
·          How    : Bagaimana peristiwa itu terjadi ?
Dalam menyusun berita selain memperhatikan unsur-unsur berita tersebut di atas, kita perlu juga memperhatikan beberapa hal berikut ini :
·         gunakan struktur dan tata bahasa yang benar
·         gunakan pemilihan kata yang tepat
·         gunakan penalaran yang logis
·         tidak menggunakan kata-kata yang ambigu

2.3 Pengertian Fonologi
                Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah  bahasa dan distribusinya. Berdasarkan asal usul kata, fonologi berasal dari gabungan kata  fon  yang artinya bunyi dan logi yang artinya ilmu. Sebagai sebuah cabang ilmu, fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia.
            Menurut Verhaar, fonologi adalah bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi – bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa tersebut.
Lado (1976:219) mendefenisikan fonologi adalah deskripsi fonem – fonem suatu bahasa.
Harimurti Kridalaksana mengatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistk yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang dari linguistik yang mempelajari bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa tersebut.
Bidang kajian fonologi ialah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Fonologi terdiri dari dua  bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik.
Fonetik
      a.       Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102).
b.      Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
c.       Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).
Jadi dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan  bahwa Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.

Fonemik
                  Fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102).
Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tertulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia  dalam tataran fonologi berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafan tersebut dituliskan, maka terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. Berikut kesalahan pelafalan dalam tataran fonologi yaitu : perubahan fonem, penghilangan fonem, dan penambahan fonem.

2.4    Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk” dan kata logi yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ Ilmu yang mempeajari tentang bentuk- bentuk dan pembentukan kata”. Sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti “ilmu mengenai bentuk -bentuk sel tumbuhan atau jasad- jasad mahkluk hidup”.
Morfologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Bagian dari kompetensi linguistik seseorang termasuk pengetahuan mengenai morfologi bahasa, yang meliputi kata, pengucapan kata tersebut, maknanya, dan bagaimana unsur-unsur tersebut digabungkan (Fromkin & Rodman, 1998:96). Morfologi mempelajari struktur internal kata-kata. Jika pada umumnya kata-kata dianggap sebagai unit terkecil dalam sintaksis, jelas bahwa dalam kebanyakan bahasa, suatu kata dapat dihubungkan dengan kata lain melalui aturan.
 Berbicara mengenai pembetukan kata akan melibatkan komponen atau unsur  pembentukan kata, yaitu morfem, baik morfem dasar (bebas) maupun morfem terikat (afiks dan dasar). Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan , baur termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk lazim tersebut disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang), hanya dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat, bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara morfologis termasuk morfem bebas.

Dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses pembentukan kata melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun  pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi,  penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi. Jadi, ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan.
Baik ragam tulis maupun lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Klasifikasi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara lain : penghilangan afiks, bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan, peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, penggantian morf, penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, pemakaian afiks yang tidak tepat, penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan pengulangan kata majemuk yang tidak tepat.

2.5 Sintaksis
Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase .” Suatu cara yang memang harus dilakukan untuk mengenalkan satuan – satuan sintaksis  : wacana, kalimat, klausa, frasa, dan kata.
 Verhaar mendefinisikan sistaksis sebagai ilmu yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan.Hubungan antar-kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang meliputi frasa, klausa, dan kalimat.
 Kridalaksana menyatakan bahwa sintaksi adalah: (1) pengaturan dan hubungan  antara kata dengan kata,dengan satuan-satuan  yang lebih besar, antara satuan yang lebih besar itu dalam bahasa; (2) Sub sistem bahasa yang mencakup hal tersebut; (3) Cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut.
 Rusmadji mengemukan definisi sintaksis sebagai subsistem tata bahasa yang mencakup kelas kata dan satuan-satuan yang lebih besar yaitu frasa,klausa,kalimat dan hubungan-hubungan diantara satuan-satuan sintaksis tersebut.
Kajian sintaksis meliputi :
1.      Frasa
a.       Frasa adalah satuan gramatikal yang tidak melebihi batas fungsi
b.      Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

2. Klausa
a. Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari predikat, baik disertai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
b. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
3. Kalimat
a. Kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
b. Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir.
Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa : kesalahan dalam bidang frasa dan kesalahan dalam bidang kalimat.

2.4 Ejaan yang Disempurnakan
            Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:250) ejaan didefenisikan sebagai kaidah – kaidah cara menggambarkan bunyi – bunyi (kata, kalimat)dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca.
Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata, atau kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca pada satuan – satuan huruf tersebut. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan yang disempurnakan ( EYD ) mengatur :
1. Pemakaian Huruf,
a.       Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
b.      Huruf Vokal
Huruf vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e dan o
c.        Huruf Konsonan
Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah : a, b, c, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y dan z.
d.      Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi.

e.       Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,  yaitu: kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f.       Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan cara:
1.      Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Contoh: aula  menjadi au-la bukan a-u-l-a
2.      Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf konsonan,  pemenggalan itu dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh: bapak  menjadi ba-pa.
3.      Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf  itu. Contoh : mandi menjadi man-di
4.      Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan kedua. Contoh : ultra  menjadi ul-tra.
2.      Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
a.    Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun, bulan, nama geografi, dll.
b.    Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk menegaskan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3.      Penulisan Kata
a.       Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
b.      Kata Turunan, Kata turunan (imbuhan)
c.       Bentuk Ulang, Bentuk kata Ulang ditulis hanya dengan tanda hubung (-)
d.      Gabungan Kata, Gabungan kata yang dianggap senyawa ditulis serangkai
e.       Kata Ganti ku, mu, kau dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang  mengikutinya
f.       Kata Depan di, ke, dan dari, Kata depan di dan ke ditulis terpisah
g.      Kata si dan sang, Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
h.      Partikel, Partikel per yang berarti tiap-tiap ditulis terpisah 

4.      Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya diperpendek terdiri dari huruf awalnya saja, menanggalkan sebagian unsurnya atau lengkap menurut lisannya, Contoh : NKRI, cm,  lab.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata. Contoh : rudal ( peluru kendali ), tilang ( bukti pelanggaran )
5.      Angka dan Lambang Bilangan
Penulisan angka dan bilangan terdiri dari beberapa cara yaitu :
a.    berasal dari satuan dasar sistem internasional, Contoh : arus listrik dituliskan A = ampere
b.    menyatakan tanda decimal, Contoh : 3,05 atau 3.05
6.    Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : president menjadi presiden
7. Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca terdiri dari tanda (.) , (,), (-), (;), (:), (”)
8.    Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Pembentukan istilah asing yang sudah menjadi perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti kaidah yang telah ditentukan, yaitu :
a.       penyesuaian Ejaan.
Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol tetap aerosol
b.      penyesuaian huruf gugus konsonan.
Contoh : flexible  menjadi fleksibel
c.       penyesuaian akhiran.
Contoh : etalage  menjadi etalase
d.      penyesuaian awalan.
Contoh : amputation  menjadi amputasi
9.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Gaya bahasa disebut juga majas.
Berikut ini berturut – turut akan penulis kemukakan kesalahan dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), diantaranya meliputi :
1.      Kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital
2.      Kesalahan penulisan huruf miring
3.      Kesalahan penulisan kata
4.      Kesalahan memenggal kata
5.      Kesalahan penulisan lambang bilangan 
6.      Keselahan penulisan unsur serapan
7.      Kesalahan penulisan tanda baca







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian , peneliti tidak terlepas dari lokasi yang menjadi tempat untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Lokasi penelitian berada di Jalan Durian, Sarimatondang Sidamanik.

3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Berdasarkan pernyataan di atas penulis mengambil subjek penelitian yaitu surat kabar Siantar 24 Jam  dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK.”

3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan alat untuk mencapai tujuan suatu penelitian. Bila sseorang mengerjakan sesuatu hal, tentu ada tujuan yang hendak dicapai. Mencapai tujuan tersebut dibutuhkan metode untuk melaksanakannya. Berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat ditentukan oleh metode yang digunakan.
Sehubungan dengan itu, metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian bukan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.

Ciri – ciri metode penelitian deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara lain adalah:
1.      Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
2.      Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
3.      Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Setelah menentukan metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data, selanjutnya menentukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data. Hal ini sesuai dengan pengertian teknik pengumpulan data menurut Sugiono (2009 : 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak mendapatkan data yang memenuhi stndar data yang ditetapkan.
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi atau pengamatan. Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.




3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel.
Teknik analisis data melalui penelitian deskriptif yaitu dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1.      Mengumpulkan data berupa informasi dari surat kabar yang akan diteliti kesalahan berbahasanya.
2.      Melakukan pengamatan atau observasi dengan menganalisis letak kesalahan berbahasa informasi dari surat kabar tersebut.
3.      Melakukan klasifikasi atau pengelompokan  kesalahan berbahasa dari segi fonologi, sintaksis, dan ejaan yang disempurnakan.
4.      Mengevaluasi hasil penelitian.
5.      Menyimpulkan hasil penelitian.











BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis kesalahan berbahasa pada surat kabar ditemukannya kesalahan berbahasa dari segi tataran Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Ejaan yang Disempurnakan.

4.1 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Fonologi
1. Penghilangan fonem konsonan /h/
Lafal  Tidak Baku                            Lafal Baku
tau                                                       tahu
2. Perubahan fonem vokal /i/ dilafalkan menjadi /e/
Lafal Tidak Baku                             Lafal Baku
adek                                                    adik
3. Penambahan fonem vokal /a/
Lafal Tidak Baku                             Lafal Baku
keluaraga                                             keluarga
4.      Penambahan fonem konsonan /k/
Lafal Tidak Baku                             Lafal Baku
diajakknya                                           diajaknya

5.      Penghilangan fonem vokal /a/
Lafal Tidak Baku                             Lafal Baku
Perlindungn                                         perlindungan




4.2 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Morfologi
1. Penggunaan Prefiks ber-
Bentuk Tidak Baku
1.      Seorang siswa SMP berinisial KP (13), warga Desa Jambur Nauli, Tapanuli Utara, tega memacari dua orang anak inisial PT (6) dan FAP yang masih anak Taman Kanak – kanak (TK).
2.      Setiap ketemu terus dilakukannya dan setelah selesai saya disuruh pulang ke rumah.
Bentuk Baku
1.      Seorang siswa SMP berinisial KP (13), warga Desa Jambur Nauli, Tapanuli Utara, tega memacari dua orang anak berinisial PT (6) dan FAP yang masih anak Taman Kanak – kanak (TK).
2.      Setiap bertemu terus dilakukannya dan setelah selesai saya disuruh pulang ke rumah.

4.3  Kesalahan Berbahasa dari Tataran Sintaksis
Bentuk tidak baku
1.      Ya Ampun, Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK
2.      Seorang siswa SMP berinisial KP (13), warga Desa Jambur Nauli, Tapanuli Utara, tega memacari dua orang anak inisial PT (6) dan FAP yang masih anak Taman Kanak – Kanak (TK).
3.      Menurut pengakuan korban PT, rumah mereka dengan tersangka berdekatan.
4.      Pertama – tama dia dikejar – kejar lalu dipanggil oleh tersangka.
5.      Kemudian celana korban dibuka hingga melakukan pencabulan.
6.      “ Setiap ketemu terus dilakukannya dan setelah selesai saya disuruh pulang ke rumah. Saya tidak ingat lagi berapa kali dipacari dan sudah lebih tiga kurasa dipacari. Pokoknya teruslah saya dipacari dan dilihat teman bermain saya Cin dipacarinya lalu dikasih tau sama mama saya,” aku korban.
7.      Selanjutnya temannya Cin, tau kalau ia dipacari tersangka.
8.      “Dirumahnya (tersangka) beberapa kali dilakukan, belum lagi di kebun dekatrumah, lalu saya tidak mau lagi diajakknya karena sakit,” akunya
9.      “ Rumah saya dekat dengan KP. Waktu saya  lagi bermain-main dengan PT temanku  Sekolah di TK, lalu saya bermain di rumah Oppung, saya ketemu di jalan dengan KP. Ayo main kuda-kudaan katanya. Lalu saya menjawab tidak mau dan tangan saya  langsung ditariklangsung diseret, sesudah itu celanaku dibuka,” akunya polos.
10.  Di rumah tersangka, FAP juga dicabuli bahkan di hadapan adek tersangka.
11.  “ Celanaku dibuka, semuanya dibuka bajuku lalu dibawa kedapur rumahnya dan langsung disuruh tidur, saat itu saya ditengokadeknya yang dua orang cewek. Setelah jumpa lagi di kebun sudah tiga kali dilakukannya, saat itu saya bersama PT. Dan di dapur rumahnya saya dikuda- kudain lagi, di kebun oppung PT sama PT lagi. Yang pertama dipacari pertama adalah PT,” akunya.
12.  Akhir terungkapnya kejadian tersebut setelah Cin mengetahui perbuatan KP kepada temannya PT dan FAP dan langsung memberitahukan kepada ibu korban pada Kamis (17/3)
13.  Setelah kedua orangtua mengetahui, sontak kedua orangtua langsung memanggil orangtua pelaku dan anaknya tersangka KP.
14.  Di rumah korban, KP mengaku ketika mereka bertiga dikumpulkan bersama TP dan FAP. Lalu keluarga mengadu ke Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID), Jumat (18/3).
15.  Setelah sampai di kantor KPAID, kedua orangtua korban diterima. Kedua korban pencabulan dimintai keterangan satu per satu dan membuat laporan ke polres Taput untuk ditindaklanjuti.
16.  “ Kita langsung membuat laporan ke Polres Taput untuk segera ditanggapi akibat perbuatan cabul yang dilakukan KP. Kalau dari KPAID akan ditindak dengan cara Dipersi Undang-undang 35 Tahun 2014,” ungkap Zam Zam Rahmatika anggota Komisioner KPAID Taput.
17.  Dari KPAID, kedua orangtua korban PT dengan MP mendatangi Rumah Sakit Tarutung untuk dilakukan visum.
18.  Hasilnya jelas, ada pencabulan setelah ada pemeriksaan dari rumah sakit saat dilakukan visum.
19.  Keluaraga kembali ke Polres Taput untuk melaporkan pencabulan yang dilakukan KP kepada anakmereka untuk diusut.
20.  “Kami dari kepolisian Polres Taput akan mengusut terkait pencabulan yang dilakukan tersangka terhadap TP dan FAP dan akan memanggil orangtua tersangka pencabulan. Karena tersangka dan korban masih di bawah umur, bagi tersangka akan dikenakan hukuman pasal 28 Undang – Undang Perlindungn Anak,” ujar Kapolres Taput AKBP Dudus Harley Davidson melalui Kasubag Humas Aiptu W Barimbing.
21.  Kedua orangtua korban pencabulan saat diminta tanggapannya mengatakan, bagi pelaku pencabulan kiranya Polres Taput mengusut atau menghukum dengan seberat – beratnya pelaku yang begitu tega melakukan pencabulan kepada putri  mereka.

Bentuk baku
1.      Seorang Siswa SMP Mencabuli Dua Orang Anak TK
2.      Seorang siswa SMP berinisial KP (13), warga Desa Jambur Nauli, Tapanuli Utara, tega memacari dua orang anak berinisial PT (6) dan FAP yang masih duduk di Taman Kanak – kanak (TK).
3.      Menurut pengakuan PT selaku korban, tempat tinggalnya dengan tersangka tidaklah jauh.
4.      Pertama dia dipanggil oleh tersangka kemudian dikejar hingga tertangkap.
5.      Celana korban dibuka dan tersangka langsung melakukan pencabulan.
6.      “ Setiap saya dan KP bertemu KP mencabuli saya dan setelah selesai dia menyuruh saya pulang ke rumah. Saya tidak ingat dengan pasti sudah berapa kali dia mencabuli saya, mungkin sudah tiga kali. Teman saya Cin melihat perbuatannya itu dan memberitahukannya pada Ibu saya,” ungkap PT saat diminta keterangan.
7.      Teman PT bernama Cin mengetahui perbuatan tersangka  yang mencabuli PT.
8.      “ Di rumahnya, KP sudah beberapa kali melakukan pencabulan, beda lagi di kebun dekat rumahnya tapi saya tidak mau lagi diajaknya karena saya merasakan sakit di bagian kemaluan saya,” ungkap PT.
9.      Rumah saya dekat dengan rumah KP. Saya sedang bermain dengan PT teman sekolahku di TK setelah itu saya pergi ke rumah nenek, di perjalanan saya bertemu dengan KP. Saat KP mengajak saya, saya menjawab tidak mau, tangan saya  langsung ditarik dan tubuh saya diseret, kemudian celana saya dibuka,”  ujar FAP dengan begitu polos.
10.   Di rumah tersangka, FAP juga dicabuli bahkan dihadapan adik tersangka.
11.  “ Dia menanggalkan celana dan baju yang saya kenakan, dia membawa saya ke dapur rumahnya dan disuruh tidur, saat itu saya dilihat oleh kedua adik perempuannya. Di kebun dia mencabuli saya sudah tiga kali dan sekali saat saya dicabuli di kebun, saya bersama dengan PT. Dan di dapur rumahnya saya dicabuli lagi. Di kebun milik nenek PT dia melakukan hal itu lagi terhadap PT yaitu orang pertama yang dia pacari,” ujar FAP.
12.  Terungkapnya kejadian tersebut setelah Cin mengetahui perbuatan KP kepada temannya PT dan FAP dan Cin langsung memberitahukan perbuatan KP itu kepada Ibu korban pada Kamis (17/3).
13.  Setelah kedua orangtua korban mengetahui perbuatan itu,  kedua orangtua korban pun langsung memanggil kedua orangtua tersangka dan juga KP.
14.  Di rumah korban KP mengakui perbuatannya itu saat dia, PT dan FAP diperhadapkan. Kemudian, pihak keluarga korban melakukan pengaduan ke Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID),Jumat (18/3).
15.  Setelah kedua orangtua korban tiba di kantor KPAID (Kantor Komisi Perlindungan Anak Daerah), pengaduan yang disampaikan kedua orangtua korban langsung  diterima oleh pihak KPAID. Kedua korban pencabulan dimintai keterangan satu per satu untuk membuat laporan ke Polres Taput ( Tapanuli Utara )  supaya ditindaklanjuti.
16.  “ Kita langsung membuat laporan ke Polres Taput ( Tapanuli Utara ) supaya perbuatan cabul yang dilakukan oleh KP segera ditanggapi. Kalau dari KPAID ( Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah) sendiri perbuatan itu akan ditindak dengan cara Dipersi Undang-Undang 35 tahun 2014,” ungkap Zam Zam Rahmatika anggota Komisioner KPAID Taput.
17.  Dari kantor KPAID, kedua orangtua korban kemudian mendatangi Rumah Sakit Tarutung untuk dilakukan visum terhadap PT dan FAP.
18.  Setelah dilakukannya visum terhadap korban, hasilnya jelas mengungkapkan bahwa PT dan FAP adalah korban pencabulan.
19.  Keluarga kembali mendatangi Polres Taput untuk melaporkan pencabulan yang dilakukan KP kepada anak mereka untuk segera diusut.
20.  “Kami dari kepolisian Polres Taput akan mengusut kasus terkait pencabulan yang dilakukan tersangka terhadap PT dan FAP dan kami akan memanggil orangtua tersangka dengan segera. Karena tersangka dan korban masih di bawah umur maka, tersangka akan kami kenakan hukuman pasal 28 Undang – Undang Perlindungan Anak,” ujar Kapolres Taput AKBP Dudus Harley Davidson melalui Kasubag Humas Aiptu W. Barimbing.
21.  Kedua orangtua korban pencabulan saat diminta tanggapannya mengatakan, untuk pelaku pencabulan semoga Polres Taput segera mengusut kasus ini dan menghukum pelaku dengan seberat – beratnya karena begitu tega melakukan pencabulan terhadap putri  mereka.


4.4 Kesalahan Berbahasa dari Tataran Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
1.      Kesalahan Penulisan Preposisi di, ke, dan dari
Bentuk Tidak Baku                                      Bentuk Baku
dirumahnya                                                     di rumahnya
            di hadapan                                                      dihadapan
2.      Kesalahan Penulisan Tanda Koma (,)
Bentuk Tidak Baku
a.       Kemudian celana korban dibuka hingga melakukan pencabulan.
b.      Selanjutnya temannya Cin, tau kalau dia dipacari tersangka.
Bentuk Baku
a.       Kemudian, celana korban dibuka dan tersangka langsung melakukan pencabulan.
b.      Selanjutnya, temannya Cin tahu kalau dia dipacari tersangka.

3.      Kesalahan dalam Menggunakan Spasi atau Jarak pada Susunan Kata
Bentuk Tidak Baku                                                  Bentuk Baku
dekatrumah                                                                 dekat rumah
dihadapanadeknya                                                      di hadapan adeknya
ditengokadeknya                                                        ditengok adeknya      
anakmereka                                                                 anak mereka

4.      Kesalahan Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Bentuk Tidak Baku                                                  Bentuk Baku
Undang – undang                                                       Undang - Undang










Perbaikan Keseluruhan Isi Berita
                        Seorang Siswa SMP Mencabuli Dua Orang Anak TK
Seorang siswa SMP berinisial KP (13), warga Desa Jambur Nauli, Tapanuli Utara, tega memacari dua orang anak berinisial PT (6) dan FAP yang masih duduk di Taman Kanak – kanak (TK). Keduanya kemudian dicabuli hingga berulang kali.
Menurut pengakuan PT selaku korban, tempat tinggalnya dengan tersangka tidaklah jauh. Pertama dia dipanggil oleh tersangka kemudian dikejar hingga tertangkap. Celana korban dibuka dan tersangka langsung melakukan pencabulan. Korban ,mengaku saat itu  merasa kesakitan karena pencabulan yang dilakukan tersangka. “ Setiap saya dan KP bertemu KP mencabuli saya dan setelah selesai dia menyuruh saya pulang ke rumah. Saya tidak ingat dengan pasti sudah berapa kali dia mencabuli saya, mungkin sudah tiga kali. Teman saya Cin melihat perbuatannya itu dan memberitahukannya pada Ibu saya,” ungkap PT saat diminta keterangan.
Teman PT bernama Cin mengetahui perbuatan tersangka  yang mencabuli PT. “ Di rumahnya, KP sudah beberapa kali melakukan pencabulan, beda lagi di kebun dekat rumahnya tapi saya tidak mau lagi diajaknya karena saya merasakan sakit di bagian kemaluan saya,” ungkap PT.
Sementara itu FAP (6) juga mengaku menjadi korban pencabulan tersangka. Dia juga mengaku bahwa rumah mereka dengan tersangka tidak jauh. “ Rumah saya dekat dengan rumah KP. Saya sedang bermain dengan PT teman sekolahku di TK setelah itu saya pergi ke rumah nenek, di perjalanan saya bertemu dengan KP. Saat KP mengajak saya, saya menjawab tidak mau, tangan saya  langsung ditarik dan tubuh saya diseret, kemudian celana saya dibuka,”  ujar FAP dengan begitu polos.
Di rumah tersangka, FAP juga dicabuli bahkan dihadapan adik tersangka. “Dia menanggalkan celana dan baju yang saya kenakan, dia membawa saya ke dapur rumahnya dan disuruh tidur, saat itu saya dilihat oleh kedua adik perempuannya. Di kebun dia mencabuli saya sudah tiga kali dan sekali saat saya dicabuli di kebun, saya bersama dengan PT. Dan di dapur rumahnya saya dicabuli lagi. Di kebun milik nenek PT dia melakukan hal itu lagi terhadap PT yaitu orang pertama yang dia pacari,” ujar FAP.
Terungkapnya kejadian tersebut setelah Cin mengetahui perbuatan KP kepada temannya PT dan FAP dan Cin langsung memberitahukan perbuatan KP itu kepada Ibu korban pada Kamis (17/3).
Setelah kedua orangtua korban mengetahui perbuatan itu,  kedua orangtua korban pun langsung memanggil kedua orangtua tersangka dan juga KP. Di rumah korban KP mengakui perbuatannya itu saat dia, PT dan FAP diperhadapkan. Kemudian, pihak keluarga korban melakukan pengaduan ke Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID),Jumat (18/3).
Setelah kedua orangtua korban tiba di kantor KPAID (Kantor Komisi Perlindungan Anak Daerah), pengaduan yang disampaikan kedua orangtua korban langsung  diterima oleh pihak KPAID. Kedua korban pencabulan dimintai keterangan satu per satu untuk membuat laporan ke Polres Taput ( Tapanuli Utara )  supaya ditindaklanjuti.
“ Kita langsung membuat laporan ke Polres Taput ( Tapanuli Utara ) supaya perbuatan cabul yang dilakukan oleh KP segera ditanggapi. Kalau dari KPAID ( Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah) sendiri perbuatan itu akan ditindak dengan cara Dipersi Undang-Undang 35 tahun 2014,” ungkap Zam Zam Rahmatika anggota Komisioner KPAID Taput.
Dari kantor KPAID, kedua orangtua korban kemudian mendatangi Rumah Sakit Tarutung untuk dilakukan visum terhadap PT dan FAP. Setelah dilakukannya visum terhadap korban, hasilnya jelas mengungkapkan bahwa PT dan FAP adalah korban pencabulan.
Keluarga kembali mendatangi Polres Taput untuk melaporkan pencabulan yang dilakukan KP kepada anak mereka untuk segera diusut.
“Kami dari kepolisian Polres Taput akan mengusut kasus terkait pencabulan yang dilakukan tersangka terhadap PT dan FAP dan kami akan memanggil orangtua tersangka dengan segera. Karena tersangka dan korban masih di bawah umur maka, tersangka akan kami kenakan hukuman pasal 28 Undang – Undang Perlindungan Anak,” ujar Kapolres Taput AKBP Dudus Harley Davidson melalui Kasubag Humas Aiptu W. Barimbing.
Kedua orangtua korban pencabulan saat diminta tanggapannya mengatakan, untuk pelaku pencabulan semoga Polres Taput segera mengusut kasus ini dan menghukum pelaku dengan seberat – beratnya karena begitu tega melakukan pencabulan terhadap putri  mereka.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka dapat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran fonologi pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu Penghilangan fonem konsonan /h/, Perubahan fonem vokal /i/ dilafalkan menjadi /e/, Penambahan fonem vokal /a/, Penambahan fonem konsonan /k/, Penghilangan fonem vokal /a/
2.      Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran morfologi pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu penggunaan prefiks ber-
3.      Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran sintaksis pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu  kalimat yang di dalamnya terdapat susunan kata dan kalimat yang kurang tepat.
4.      Jenis kesalahan berbahasa dari segi tataran ejaan yang disempurnakan pada surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK” yaitu Kesalahan Penulisan Preposisi di, ke, dan dari, Kesalahan Penulisan Tanda Koma (,), Kesalahan dalam Menggunakan Spasi atau Jarak pada Susunan Kata, Kesalahan Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital.


5.2 Saran
Saran yang disimpulkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam memahami jenis kesalahan berbahasa Indonesia dalam surat kabar Siantar 24 Jam dengan judul “Ya Ampun Siswa SMP Cabuli Dua Anak TK”
 2. Bagi siswa/mahasiswa diharapkan menjadi pedoman dalam menggali informasi mengenai bentuk-bentuk kesalahan berbahasa Indonesia.
3. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi alternatif materi pengajaran, khususnya di bidang bahasa.
4. Bagi wartawan diharapkan dapat menaati kaidah tata bahasa, khususnya dalam penulisan/pengetikan kata pada surat kabar atau media cetak lainnya.
5. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih variasi, yakni pada sisi yang berbeda dari segi kesalahan yang lain.








DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zenal & dkk. 1992. Pemakaian Bahasa Dalam Iklan Berita dan Papan Reklame. Jakarta
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta
Eva, dkk. 2015. Makalah Pemerolehan Bahasa. Pematangsiantar : UHKBPN
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Oli, Helena. 2007. Berita dan Informasi Jurnalistik Radio. Indonesia : PT MACANAN JAYA CEMERLANG
Pamungkas.1072. PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN ~EYD~ . Surabaya : GIRI SURYA
Pasaribu, Elfrida. 2014. Fonologi. Diktat. Pematangsiantar : UHKBPN
Pasaribu, Elfrida. 2014. Morfologi. Diktat. Pematangsiantar : UHKBPN
Setyawati, Nanik.2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia : Teori dan Praktik. Surakarta : Yuma Pustaka.
Surat Kabar Harian. 2016. Pematangsiantar : Siantar 24 Jam



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar