Sabtu, 23 Mei 2015

Sastra anak



Perbedaan Sastra Anak dengan
Sastra Dewasa

                                                                                                    
Disusun oleh :
Kayani Panjaitan          13110102 
Dosen Pembimbing    : Mery Chris Isabella S.Pd 
                                           
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkatNyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan saya juga berterimakasih kepada Ibu Mery Chris Isabella Saragih S.Pd selaku dosen mata kuliah Keterampilan Jurnalistik yang telah memberikan tugas makalah ini.
Kiranya makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan penulis serta pembaca mengenai Berita, unsur – unsur berita serta contoh berita. Dan saya juga sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Pematangsiantar, Maret 2015

                                                                                                                                                            Penulis            







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2     Rumusan Masalah…………….……………………………………………... 2
1.3     Tujuan Penulisan…………….………………………………………………. 2
BAB II  PEMBAHASAN
             2.1     Pengertian Sastra Anak dan Sastra Dewasa………………………………... .3
             2.2     Perbedaan Sastra Anak dengan Sastra Dewasa……………………………... 6
           
BAB III PENUTUP
             3.1     Kesimpulan………………………………………………………………... 10
             3.2     Kritik dan Saran …………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kehadiran bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi yang sangat besar. Dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain,dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, ide, gagasan dan ekspresinya. Wellek dan Warren (1995: 14) menyatakan bahasa adalah bahan baku kesusastraan. Maksudnya, bahasa merupakan sarana pokok yang sangat penting bagi pengarang dalam menuangkan imajinasinya. Bahasa sastra biasanya bersifat dinamis sehingga cenderung berubah-ubah serta menyimpang dari bahasa yang biasa.
    Sastra merupakan gambaran hidup dan kehidupan yang dituangkan dalam bentuk cerita yang dipoles sehingga menarik perhatian. Berbicara tentang sastra, yang berkaitan dengan apa itu sebenarnya sastra? tentunya tidak akan akan menemui kesepahaman untuk mendefinisikan sastra itu sendiri. Sastra memiliki beberapa peristilahan yang berbeda yang dapat kita temui. Kata sastra sendiri merupakan kata yang yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu, Sas yang berarti mengarahkan, mengajarkan atau memberi petunjuk dan -Tra yang berarti menunjukkan alat atau sarana. Jadi Sastra berarti alat atau sarana yang digunakan untuk mengajar. Sementara dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris sastra biasa dipadankan dengan kata Literature, dalam bahasa Jerman Literatur. Semuanya merupakan kata dari bahasa Yunani Litteratura yang berasal dari akar kata Letter yang berarti huruf atau tulisan. A. Teew (1984: 22).
Selain itu, bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang bersifat emotif dan konotatif sebagai kebalikan dari bahasa non sastra, khususnya ragam ilmiah, yang rasional dan denotatif (Nurgiyantoro, 1995: 273). Sedangkan karya sastra adalah salah satu bentuk ungkapan pikiran , perasaan, gagasan, ide dan ekspresi sesorang yang memanfaatkan bahasa sebagai media utamanya. Melalui karya sastra pengarang memanfaatkan media bahasa sebagai media utama dalam menciptakan karya sastra. Salah satu genre sastra yang kita kenal dewasa ini adalah sastra anak. Jenis ini muncul berkenaan dengan kualitas diri anak yang berbeda dengan orang dewasa, berbeda fisik, kognitif, juga kejiwaannya.

1.2           Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Sastra anak?
2.      Apa yang dimaksud dengan sastra dewasa?
3.      Bagaimana perbedaan sastra anak dengan sastra dewasa?

1.3           Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian sastra anak
2.      Untuk mengetahui pengertian sastra dewasa
3.      Untuk mengetahui perbedaan sastra anak dengan sasttra dewasa.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Pengertian Sastra Anak dan Sastra Dewasa
1.     Sastra Anak
Sastra anak adalah sastra anak-anak dengan rentang usia bayi sampai remaja, termasuk buku-buku “berkualitas” baik, melalui prosa dan puisi, fiksi dan nonfiksi. (Tomlinson dan Lynch-Brown dalam D. M. Barone, 2011: 6). Lebih lanjut yang dimaksud dengan buku yang berkualitas adalah salah satu yang pada saat tertentu menyebabkan pembaca merasa dan berpikir. Tunnell dan Jacobs (2008) berpendapat topik buku yang bagus adalah yang menuangkan “rasa hormat”. D. M. Barone (2011: 6)
Selain itu, ada beberapa pendapat lain terkait dengan definisi sastra anak. Menurut B. Nurgiyantoro (2005: 6) Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak yang berangkat dari fakta konkret yang dapat diimajinasikan. Sedangkan menurut Davis Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak dengan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisnya juga dilakukan orang dewasa. Dalam Sarumpaet (2010: 2).
Lukens (2003) mendefinisikn sastra anak adalah sebuah karya yang menawarkan dua hal utama: kesenangan dan pemahaman. Heru Kurniawan (2009: 22). Senada dengan apa yang disampaikan oleh  Seorang penyair Italia, Quintus Horatius Flaccus berpendapat bahwa sastra berfungsi ganda “Dulce Et Utile” (Menghibur dan Bermakna), jadi sastra paling tidak harus memuat dua fungsi yang dimaksud Flaccus. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dan ditambah dengan muatan fungsi sastra menurut Flaccus.
Definisi lain tentang sastra anak adalah cerita yang mengacu pada korelasi dengan dunia anak-anak (dunia yang dipahami anak) dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak (bahasa yang dipahami anak-anak). Heru Kurniawan (2009: 22).
Jadi, sastra anak dapat difokuskan untuk anak-anak dengan rentang usia dari 0-11/12 tahun atau berdasarkan pada teori psikologi J. Piaget (Sensorimotor, tahap Preoperasional, dan tahap Operasional Konkret), yang pada masa ini anak-anak hanya dapat memahami sesuatu yang bersifat konkret, adapun imajinasi yang bersifat fantasi atu berlebihan, itu semua masih dapat diterima oleh anak-anak.
Selain itu, sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan. Menurut Huck dkk (via nurgiantoro, 2005: 7) isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Pendapat Saxby (via Nurgiantoro, 2005:5) menyatakan bahwa jika sebuah citraan dan atau metafora kehidupan yang dikisahkan itu berada dalam jangkauan anak, baik yang melibatkan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori maupun pengalaman moral, dan diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dapat dijangkau dan dipahami oleh pembaca anak-anak, buku atau teks tersebut dapat diklasifikasikan sebagai sastra anak.
Begitu juga dengan subjek penelitian ini, puisi anak merupakan salah satu bentuk genre sastra anak yang muncul dan tercipta karena bentuk kognitif, kejiwaan, ekspresi, dan dunia anak yang direpresentasikan menggunakan aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori maupun pengalaman moral lewat sebuah karya yang secara alamiah tersusun dan melekat dalam unsur kebahasaan dan keterjalinan secara harmonis dalam unsur-unsur puisi.
Ø    Ciri-ciri sastra anak
Ada beberapa yang menjadi ciri khas dari sastra anak yang dapat dibedakan dengan sastra remaja atau sastra dewasa. Berikut adalah ciri-ciri sastra anak yang dirangkum dari Suyatno (2009), Sarumpaet (2009), dan B. Nurgiyantoro (2005).
a) Tokoh yang terlibat  dalam cerita diperkenalkan terlebih dahulu.
Setiap tokoh yang berperan dalam cerita atau sastra anak diperkenalkan terlebih dahulu, sedangkan pada cerita remaja atau dewasa pengenalan tokoh dapat terjadi ketika cerita sedang berlangsung.
b) Dalam penceritaan selalu dibarengi dengan gambar
Untuk sastra anak-anak, penceritaan diperkuat dengan gambar.
Tujuan dari iringan gambar pada penceritaan adalah untuk memperkuat penceritaan sehingga anak-anak lebih mudah memahami cerita. Selain itu kehadiran gambar adalah salah satu sarana untuk menarik perhatian.
c) Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
Bahasa yang digunakan dalam penceritaan cenderung mudah untuk dipahami oleh anak-anak dan tidak menggunakan bahasa yang kompleks seperti karya sastra yang ditujukan untuk remaja atau dewasa.
d) Desain buku bacaan yang unik untuk menarik prhatian
Desain buku untuk anak-anak cenderung berbeda dengan buku-buku remaja, buku anak lebih menggunakan desain yang berbeda seperti bentuk yang menyerupai buah-buahan, atau dengan kombinasi warna yang menarik perhatian.
e) Penceritaan cenderung terkait dengan kehidupan anak (keluarga, teman, guru, dll).
Penceritaan selalu dikaitkan dengan kehidupan anak-anak, sehingga pesan yang ingin disampaikan tercapai. Meskipun penceritaan dalam bentuk fabel dan cerita fantasi, namun penceritaan tetap berpusat pada kehidupan yang dialami anak-anak.
f) Diakhir cerita selalu menggembirakan tokoh utama.
Penceritaan dalam sastra anak selalu berakhir dengan kegembiraan pada tokoh utama sebagai fokus penceritaan. Tidak hanya tokoh utama, tokoh antagonis dalam penceritaanpu selalu berakhir dengan sadar dan berubah dengan sifat baik.
g) Dikaitkan dengan psikologi perkembangan anak (Operasional konkret).
Penceritaan, penggambaran, latar, dll. Selalu dikaitkan dengan psikologi anak yang hanya dapat memahami sesuatu yang bersifat konkret.

2.     Sastra Dewasa
Sastra dewasa adalah sastra yang berisikan kehidupan manusia yang rumit dengan menggunakan bahasa maupun isi yang kompleks. Biasanya, sastra dewasa menceritakan percintaan, kesenjangan sosial, ataupun masalah-masalah rumit lainnya. Misalnya, Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer. Hal tersebut tidak cocok ditujukan kepada anak-anak karena pada dasarnya anak-anak masih memiliki pemikiran sederhana. Sastra dewasa dibaca oleh orang-orang dewasa dan penyajian penulisan sastra tersebut ditulis pula oleh orang dewasa.



2.2         Perbedaan Sastra Anak dengan Sastra Dewasa
 Perbedaan mendasar dari sastra anak dengan sastra dewasa adalah sasarannya. Sastra anak adalah sastra yang mengacu kepada dunia anak; kehidupannya, alur cerita-ceritanya, dan bahasa yang digunakan (Kurniawan, 2009: 22). Sedangkan sastra dewasa berkebalikannya.
Dari definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sastra anak terbatas pada “karyanya”. Sedangkan penulisnya, penerbitnya, agen naskah, dan lain-lain, tidak harus seorang anak yang terlibat. Bahkan, selayaknya orang dewasa lah yang melakukan itu semua supaya mereka dapat mengerti dan memahami seperti apa seluk-beluk dunia anak itu sendiri, sehingga itu membuat orang dewasa lebih bijak mengambil sikap dalam mendidik anak.
Kita bisa mengambil turunan pemahaman dari paragraf-paragraf di atas tentang perbedaan sekunder lainnya antara sastra dewasa dan sastra anak.
Pertama, sastra anak sebaiknya berisi kehidupan-kehidupan yang dekat dengan dunia anak. Contohnya kehidupan bermain, kehidupan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, kehidupan imajinasi, kehidupan di rumah, serta kehidupan-kehidupan lain yang dekat. Ini berbeda dengan sastra dewasa yang bisa mengambil setting kehidupan yang lebih luas: dunia kerja, dunia kuliah, bahkan dunia malam. Rasanya tidak etis jika sastra anak berisi tentang kehidupan malam.
Kedua, alur cerita-ceritanya. Alur cerita dalam sastra anak biasanya sederhana dan tidak rumit. Konflik yang terjadi pun adalah konflik yang kecil dan sederhana, seperti pertengkaran antar teman karena berebut pensil, kemudian mereka berbaikan. Ini disesuaikan dengan tingkat pemikiran mereka yang masih sederhana. Tentu saja berbeda dengan sastra dewasa yang bisa melibatkan alur cerita yang lebih rumit, misalnya alur cerita kebangsaan seperti pada Tetralogi Buru, simbol-simbol kuno seperti pada The Lost Symbol, ataupun alur pembunuhan seperti pada novel the Farfume.
Ketiga, bahasa yang digunakan. Dalam sastra anak, bahasa yang digunakan sebaiknya adalah bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dalam alur pikiran anak SD. Tabu jika kita memasukkan istilah sastra atau kedokteran di sana. Kalaupun ingin memasukkan suatu amanat, pergunakan dengan kalimat yang terang, jelas, dan eksplisit pada akhir cerita, karena biasanya seorang anak belum mampu menangkap apa yang ada di balik cerita tersebut. Tentu saja ini berbeda dengan sastra dewasa. Sastra dewasa lazim memakai banyak istilah -jika diperlukan. Justru istilah-istilah itu dipergunakan untuk memperkuat kesan cerita. Adapun masalah amanat, sastra dewasa biasanya lebih bersifat implisit dan sudah terkandung di dalam cerita. Orang dewasa tidak suka digurui, juga tingkat intelektualitas mereka lebih tinggi sehingga menyadari amanat itu walaupun tidak diungkapkan dengan jelas.
Selain perbedaan di atas terdapat juga empat hal mengenai perbedaan antara sastra anak dan sastra dewasa yaitu :
1.      Sastra anak dari segi bahasa cerita yang dipakai adalah kalimat-kalimat yang sederhana. Cerita dalam sastra anak umumnya memakai kalimat yang sederhana, struktur gramatikal yang mudah, dan pemilihan diksi yang disesuaikan dengan pemerolehan bahasa anak sehingga anak dapat mencerna kalimat-kalimat tersebut dengan baik. Misalnya, dalam satu kalimat hanya terdiri dari beberapa kata dan struktur gramatikal yang dipakai hanya subjek dan predikat. Sementara sastra dewasa cenderung memakai bahasa yang rumit. Struktur gramatikal dan pemilihan diksi yang dipakai lebih kompleks.
2.      Dari segi kognisi. Sastra anak hanya memberikan pengetahuan dan pengenalan dalam hal-hal tertentu. Sastra anak memberikan pengetahuan dan pengenalan yang masih bersifat sederhana. Artinya, anak-anak belum diperkenalkan dengan pengetahuan yang kompleks dalam kehidupan. Misalnya, anak-anak diberikan pengetahuan dan pengenalan seputar konsep angka, warna, dan bentuk. Sementara sastra dewasa memberikan pengetahuan yang lebih kompleks seputar kehidupan. Di dalam sastra dewasa sudah terdapat konflik, pengalaman, dan konsep kehidupan.
3.      Dari psikologis yang terkandung. Dalam sastra anak mulai diperkenalkan cerita-cerita yang dapat membuat anak-anak berkembang secara sosial. Melalui cerita, anak-anak dididik dengan nilai-nilai moral yang baik dalam kehidupan. Anak-anak mulai diajarkan untuk dapat mengerti bagaimana diri mereka sendiri dan kehidupan sosial yang anak-anak jalani secara sederhana. Misalnya, cerita mengenai pertemanan anak-anak di sekolah dan di rumah. Sementara sisi psikologis dalam sastra dewasa umumnya mempersoalkan banyak hal, seperti perkembangan moral, permasalahan jiwa, dan pemahaman psikologi sosial kehidupan.
4.      Dari segi sosial cerita. Sastra anak umumnya mengambil ide cerita yang berada di sekitar kehidupan anak-anak, seperti dalam kehidupan keluarga dan sekolah. Sosial cerita yang disampaikan seputar berbakti pada orangtua, bersahabat baik dengan teman, dan dekat dengan guru. Dalam sastra anak belum disampaikan sosial cerita mengenai seks, kekerasan, dan kehidupan masyarakat yang tabu untuk anak. Ide sosial cerita tersebut hanya ada dalam sastra dewasa.
Dengan demikian, sastra anak dan sastra dewasa memiliki perbedaan tergantung dari sudut pandang apa yang dilihat. Pada intinya, sastra anak dan sastra dewasa memberikan pengetahuan yang berbeda dan memiliki perbedaan tema. Tema yang dipakai sastra anak masih sangat sederhana sementara tema dalam sastra dewasa telah mengambil berbagai macam dimensi kehidupan.

















BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah diimajinasikan. Menurut Huck dkk (via nurgiantoro, 2005: 7) isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Sastra dewasa adalah sastra yang berisikan kehidupan manusia yang rumit dengan menggunakan bahasa maupun isi yang kompleks. Biasanya, sastra dewasa menceritakan percintaan, kesenjangan sosial, ataupun masalah-masalah rumit lainnya. Misalnya, Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer. Hal tersebut tidak cocok ditujukan kepada anak-anak karena pada dasarnya anak-anak masih memiliki pemikiran sederhana. Sastra dewasa dibaca oleh orang-orang dewasa dan penyajian penulisan sastra tersebut ditulis pula oleh orang dewasa.
Perbedaan sastra anak dengan sastra dewasa :
1.      Sastra anak dari segi bahasa cerita yang dipakai adalah kalimat-kalimat yang sederhana. Sementara sastra dewasa cenderung memakai bahasa yang rumit. Struktur gramatikal dan pemilihan diksi yang dipakai lebih kompleks.
2.      Dari segi kognisi. Sastra anak hanya memberikan pengetahuan dan pengenalan dalam hal-hal tertentu. Sastra anak memberikan pengetahuan dan pengenalan yang masih bersifat sederhana. Sementara sastra dewasa memberikan pengetahuan yang lebih kompleks seputar kehidupan. Di dalam sastra dewasa sudah terdapat konflik, pengalaman, dan konsep kehidupan.
3.      Dari psikologis yang terkandung. Dalam sastra anak mulai diperkenalkan cerita-cerita yang dapat membuat anak-anak berkembang secara sosial. Sementara sisi psikologis dalam sastra dewasa umumnya mempersoalkan banyak hal, seperti perkembangan moral, permasalahan jiwa, dan pemahaman psikologi sosial kehidupan.
4.      Dari segi sosial cerita. Sastra anak umumnya mengambil ide cerita yang berada di sekitar kehidupan anak-anak, seperti dalam kehidupan keluarga dan sekolah. Sosial cerita yang disampaikan seputar berbakti pada orangtua, bersahabat baik dengan teman, dan dekat dengan guru. Dalam sastra anak belum disampaikan sosial cerita mengenai seks, kekerasan, dan kehidupan masyarakat yang tabu untuk anak. Ide sosial cerita tersebut hanya ada dalam sastra dewasa
3.2           Kritik dan Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang tulisan di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentu dapat dipertanggugjawabkan. Untuk saran dan kritik terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.





DAFTAR PUSTAKA
http://makalahkumakalahmu.ordpress.com/2009/03/18/hakikat-sstra -anak/
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)