Kritik Sastra
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP
NOMENSEN PEMATANGSIANTAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Banyak
orang yang kurang senang mendengar kata “kritik”. Mengapa demikian? Karena
kalau mendengar kata itu, asosiasi orang itu biasanya tertuju pada hal – hal yang
kurang baik, cacian, makian, ejekan, dan lain-lain . Nilai kata kritik itu
dianggap sangat buruk bagi mereka.
Kritik
itu dapat dibagi atas dua jenis diantaranya, kritik yang membangun dan kritik
yang menjatuhkan. Akan tetapi pada hakekatnya semua kritik itu adalah membangun.
Pada masa dulu juga orang merasa senang bila karyanya diberi pujian atau
sanjungan sekalipun karya tersebut jauh dari kata bernilai.
Akan
tetapi pada zaman sekarang para seniman atau pengarang justru meminta para
kritikus untuk memberi penilaian atau kritik atas hasil karyanya. Karena dengan
demikian dia akan mengetahui dimana letak kekurangan atau kebaikan hasil
karyanya dan dapat pula dipergunakan sebagai pedoman dalam karya – karya
selanjutnya.
Sedangkan kritik sastra merupakan sumbangan yang dapat
diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan sastra. Secara
singkat, kritik sastra dapat didefinisikan sebagai hasil usaha pembaca dalam
mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran
sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Seorang pembaca sastra dapat membuat kritik sastra yang baik
apabila dia betul-betul menaruh minat pada sastra, terlatih kepekaan citanya,
dan mendalami serta menilai tinggi pengalaman manusiawinya. Yang dimaksud
dengan mendalami serta menilai tinggi pengalaman manusiawi adalah menunjukan
kerelaan psikologinya untuk menyelami dunia karya sastra, kemampuan untuk
membeda-bedakan pengalaman secara mendasar, dan kejernihan budi untuk
menentukan macam-macam nilai.
Mengingat bahwa tradisi kritik sastra di Indonesia masih
sangat muda lebih dari sastra Indonesia yang usianya belum mencapai satu abad,
masih banyak persoalan tentang kritik sastra yang harus dipelajari dan dialami
oleh peneliti sastra, agar sumbangannya dapat sesuai dengan hakikat dan tujuan
dari kritik sastra.
Sehubungan dengan ini kiranya pantas bahasa Indonesia masih
sangat terbatas hingga banyak dari persoalan-persoalan tersebut dalam menguasai
bahasa.
Sebelum
lebih jauh lagi, kali ini kita akan membahas lebih dalam lagi apa sebenarnya
yang dimaksud dengan kritik sastra.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kritik sastra?
2. Bagaimana
latar belakang munculnya kritik sastra?
3. Siapa
saja yang tokoh yang terlibat dalam perkembangan kritik sastra?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui latar belakang munculnya kritik sastra
2. Untuk
mengetahui pengertian dari kritik sastra
3. Untuk
mengetahui tokoh – tokoh yang terlibat dalam kritik sastra
BAB II
PEMBAHASAN
Latar
Belakang dan Pengertian Kritik Sastra
Istilah dan pengertian kritik sastra
baru muncul ketika para sastrawan Indonesia mendapat pendidikan dengan sistem
Eropa pada awal abad ke-20 beriringan dengan lahirnya kaum Formalis Rusia.
Gagasan – gagasannya muncul dari dua kelompok ilmuwan yang bergabung dalam
Lingkaran Linguistik Moskow (Moscow Linguistic Circle) yang terbentuk tahun
1915 dan Society for the study of Poetic Language (OPOYAZ) yang dibentuk pada
tahun 1916 di Petrograd. Para Ilmuwan itu bersepakat untuk menolak asumsi –
asumsi analisis teks yang umum dipakai
pada abad ke-19, terutama yang menganggap bahwa analisis teks dapat dilakukan
dengan pendekatan psikologis dan biografis, dimana karya sastra diperlakukan
sebagai ekspresi pandangan dunia pengarangnya.
Sebelum itu, penilaian karya-karya sastra dalam bahasa
daerah didasarkan pada kepercayaan, agama, dan mistik. Kapan pertama kali kritik sastra dipergunakan
di Indonesia tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun, kritik sastra mulai
mendapat perhatian di Indonesia setelah terbitnya kumpulan karangan "Kesusastraan
Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay" karya H.B. Jassin.
Ada beberapa istilah kritik sastra yang muncul di Indonesia
dalam perkembangannya, yaitu kritik sastra impresionistis, akademis, dan sekretaris. Ketiga istilah tersebut muncul
sebelum perang hingga tahun 1950-an. Kritik sastra impresionistis tidak
didasari pengetahuan ilmiah dan hadir sebagai pengetahuan elementer untuk
pengajaran di sekolah menengah. Barulah muncul kritik sastra akademis pada
tahun 1950-an yang dimulai oleh para kritikus kompeten secara ilmiah dari
Universitas Indonesia. Pada tahun 1960-an muncul aliran kritik baru yang
dipelopori oleh kalangan seniman dan pengarang sendiri. Aliran ini menggunakan
pendekatan bercirikan pandangan yang sangat subjektif menurut kritik dari
pengarang sendiri. Hal ini berbeda dengan aliran sebelumnya yang menggunakan
pendekatan akademis yang kritis analitis maupun strukturalis. Aliran baru ini
menggunakan pendekatan yang disebut Ganzeith-approach.
Secara etimologis, kata kritik berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dari kata krinein (menghakimi, membanding, menimbang). Kata krinein
menjadi bentuk dasar bagi kata kreterion (dasar, pertimbangan, penghakiman).Orang
yang melakukan pertimbangan/penghakiman disebut krites yang berarti hakim.
Bentuk krites inilah yang menjadi dasar kata
Secara harafiah, kritik sastra adalah upaya menentukan nilai hakiki
karya sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan kesalahan, memberi
pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistemik
Beberapa pendapat para ahli tentang kritik sastra,
diantaranya:
·
H.B.
Jassin mengatakan, kritik sastra merupakan pertimbangan baik buruknya karya
sastra penerangan dan penghakiman karya sastra.
·
Tarigan,
pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil
terhadap baik buruknya kualitas, nilai kebenaran suatu karya sastra.
·
Hardjana,sebagai
hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki karya sastra lewat
pemahaman dan penafsiran sistematika yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
·
Graham
Hough (dalam Pradopo), kritik sastra itu bukan hanya terbatas pada penyuntingan
dan penetapan teks, interpretasi, dan pertimbangan nilai, melainkan meliputi
masalah yang lebih luas tentang kesusasteraan, untuk apa, dan bagaimana
hubungannya dengan masalah – masalah kemanusiaan yang lain.
·
M.H.Abrahams,
kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefenisian, penggolongan,
penguraian, (analisis) dan penilaian (evaluasi) karya sastra.
·
Rene
Wellek, kritik sastra merupakan studi sastra yang langsung berhadapan dengan
karya sastra, secara langsung membicarakan karya sastra dengan penekanan dan
penilaian.
Secara umum bahwa kritik
sastra itu adalah salah satu cabang ilmu sastra yang menghakimi suatu karya
sastra. Kritik sastra menncakup penilaian guna memberi keputusan bermutu
tidaknya suatu karya sastra Dalam kritik sastra suatu karya sastra diuraikan
(dianalisis) unsur – unsur atau norma –
normanya, diselidiki satu per satu, bernilai atau kurang bernilaikah karya
sastra tersebut.
Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kritik
adalah kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang – kadang disertai
uraian dan pertimbangan baik buruknya terhadap suatu karya sastra.
Sedangkan
kritikus adalah orang yang cakap dalam menimbang kualitas ataupun keindahan –
keindahan dari berbagai benda, terutama sekali mengenai karya sastra dan seni.
Kritikus adalah seseorang yang pekerjaannya mengamati dengan teliti,
memperbandingkan dengan tepat serta mempertimbangkan dengan adil baik buruknya
kualitas, nilai kebenaran sesuatu.
Dalam
KBBI, kritikus adalah orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan
(pembahasan) tentang baik buruknya suatu karya.
Tokoh-tokoh Kritik Sastra di Indonesia
Tokoh-tokoh
kritik sastra di Indonesia dalam perkembangannya adalah:
Fungsi Kritik Sastra
Kritik sastra merupakan studi sastra yang secara langsung
berhadapan dengan karya sastra dengan fokus utama penilaian. Sementara fungsi
kritik sastra adalah :
1. Mengembangkan ilmu sastra sendiri.
Kritik sastra dapat mengembangkan teori sastra dan sejarah sastra.
2. Mengembangkan kesusastraan. Kritik sastra
mengembangkan kesusastraan suatu bangsa dengan penilaiannya.
3. Memberikan masukan terhadap masyarakat
umum.Hasil analisis kritik sastra dapat membantu masyarakat dalam memahami dan
mengapresiasi suatu karya sastra.
Kritik sastra juga dibagi
berdasarkan tipe sejarah sastra dan kritik sastra, yaitu sebagai berikut :
1. Impresionistik
2. Kesejarahan
3. Textual
4. Formal
5. Yudisial
6. Analitik
7. Moral
8. Mitik
Bila dilihat
dari hakikat suatu karya sastra yang merupakan suatu keutuhan, suatu kebutuhan
yang berdiri sendiri, maka kritik sastra dapat pula dibagi atas tiga aspek.
Ketiga aspek kritik itu disejajarkan dengan ketiga aspek sastra sebagai suatu
bentuk karya seni. Aspek – aspek itu adalah pertama, sastra itu merupakan suatu
fenomena atau gejala sejarah, yakni sebagai hasil karya dan seorang seniman
yang datang dari suatu lingkungan tertentu dengan kebudayaan tertentu yang
tidak lepas dari rangkaian sejarah. Kedua, suatu karya sastra pastilah
merupakan pengejawantahan karya yang menandai karya – karya sastra yang lain,
termasuk di dalamnya aliran, permasalahan, dan kebudayaan yang sama atau hampir
sama dengan karya sastra tersebut. Ketiga, karya sastra sebagaimana juga dengan
karya sastra yang lain, berbeda – beda tingkat pencapaiannya sebagai karya
seni, begitu juga dengan kebenaran yang diungkapkan dan kepentingannya pada
kehidupan masyarakat. Tegasnya, suatu karya sastra mempunyai tingkatan sendiri
dalam hal kesempurnaan dan mempunyai pandangan sendiri tentang nilai – nilai.
Bertolak dari
pendirian itu, maka seorang kritikus yang jelilah yang dapat mengamati aspek –
aspek perbedaan dan kesamaan suatu karya sastra dengan karya sastra yang lain.
Ketepatan pengamatan seorang kritikus tentulah didasarkan pada keluasan
pengalaman, pengetahuan, pendidikan, dan minatnya yang besar. Dengan itu pula
seorang kritikus dapat menghasilkan suatu pandangan serta getaran hati yang
lebih halus dibandingkan dengan pembaca biasa. Oleh sebab itu kritik sastrapun
menghendaki ketiga aspek seperti yang dikemukakan di atas.Dalam fungsi
menafsirkan dan menilai, kritikus dapat menghadapkan dirinya kepada public
pembaca awam dan dapat pulak menghadapkan dirinya kepada pencipta.
Ada
kecenderungan khusus pada kritik kesusasteraan yaitu bahwa pada umumnya bersifat
kontemporer. Dan kecenderunga inilah yang memberikan kesempatan pada kritik
itu, yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada pembinaan, peningkatan kejiwaan
bangsa, dan kepada pengangkatan kejiwaan manusia. Kritik berdedikasi kepada
modernisasi. Dengan kritik dapat diharapkan agar dihindarkan alienasi yang
sering terjadi antara sastrawan, pencipta, dan masyarakat. Kritik hendaknya
menjembati jurang itu, sehingga kesusasteraan menjadi bagian yang integral
dengan kehidupan budaya manusia.
Jadi kesusasteraan mempunyai fungsi dalam masyarakat.
Bagaimana fungsi ini bergantung kepada pelaksanaan fungsi itu.
Hubungan
komunikasi antar karya sastra dengan kritikus disebut komunikasi kritika.
Komunikasi ini bisa positif dan bisa negatif, penilaian ini harus ada alasannya
yang harus ditarik dalam karya sastra itu. Subjektivitas penilaian dapat
diimbangi dan diperkecil dengan menarik semua alasan dari eksistensi karya
sastra itu sendiri.
Kritik pada
umumnya bersifat eksplisit yang bertugas membongkar semuanya untuk menjelaskan
semuanya. Dalam kritik sastra yang baik senantiasa tersimpan pendirian kritikus
tentang hakikat dan fungsi kesusasteraan itu sendiri. Disini nyata pertalian
anatra kritik dan estetika.
Dalam
melaksanakan kritik sastra ini membutuhkan bantuan ilmu – ilmu kerabat
tertentu, antara lain:
1. Untuk hal – hal yang mengenai
lapisan idealisasi
2. Untuk hal – hal yang mengenai
lapisan aktualisasi
Akan tetapi kritik sastra itu
sendiri tidak boleh tergelincir menjadi ilmu kerabat itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata kritik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata
krinein (menghakimi, membanding, menimbang). Kritik sastra
itu adalah salah satu cabang ilmu sastra yang menghakimi suatu karya sastra.
Kritik sastra menncakup penilaian guna memberi keputusan bermutu tidaknya suatu
karya sastra Dalam kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis)
unsur – unsur atau norma – normanya,
diselidiki satu per satu, bernilai atau kurang bernilaikah karya sastra
tersebut.
Sedangkan kritikus adalah orang yang cakap
dalam menimbang kualitas ataupun keindahan – keindahan dari berbagai benda,
terutama sekali mengenai karya sastra dan seni. Kritikus adalah seseorang yang
pekerjaannya mengamati dengan teliti, memperbandingkan dengan tepat serta
mempertimbangkan dengan adil baik buruknya kualitas, nilai kebenaran sesuatu.
3.2 Kritik dan saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang tulisan di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di pertanggungjawabkan.Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.