Drama kelompok dua : Kisah Hidup Kakak Beradik

KISAH HIDUP KAKAK BERADIK

Oleh Kelompok II :

Kayani Panjaitan                   13110102

Debora Manurung                 13110103

Juliana Manurung                 13110105

Tami hutapea                         13110142

Pemeran :

1.      Ibu Rika         : Debora Manurung

2.      Ibu Suri          : Kayani Panjaitan

3.      Ana                 : Juliana Manurung

4.      Mita                : Tami Hutapea

5.      Dukun             : Debora Manurung

BABAK I

Di sebuah desa tinggallah seorang janda yang telah lama ditinggal oleh sang suami. Dia hidup bersama dengan dua orang putrinya dan hidup mereka bisa dikatakan makmur karena sang Ayah telah begitu banyak meninggalkan warisan untuk mereka hidup. Putri sulungnya saat ini duduk di perguruan tinggi dan putri bungsunya masih bersekolah tingkat SMA.Mereka hidup dengan begitu bahagia dan saling menyayangi.

Dipagi hari saat mereka sarapan di meja makan sambil asik mengobrol.

Ibu Rika          : (Sambil menyediakan makanan) tadi malam Tulang kalian yang di Jakarta     telepon Ibu. Katanya kaka kalian si Anita mau menikah.

Ani                  : Menikah? Oh ia bu.. kapan?

Ibu Rika          : Iya. Tulangmu bilang minggu depan.

Mita                 : Kak Anita menikah dengan siapa bu, trus marganya apa?

Ibu Rika          : Katanya namanya Anto dan marganya Sinaga.

Mita                 : Oh.. bagusla bu.

Ana                 : Jadi bagaimana dengan ibu.. Ibu berangkat kesana kan?

Ibu Rika          : Tidak.. Ibu tidak akan pergi.

Ana                 : Kenapa?

Ibu Rika          : Tadi malam Ibu juga sudah bicara dengan Tulang kalian kalau Ibu tidak bisa   datang kesana, karena Ibu tidak mungkin meninggalkan kalian berdua di rumah ini.

Mita                 : Ibu khawatir dengan kami? Haha.. tidak usah khawatirlah bu. Kami kan dah pada gede sih..

Ana                 : Betul tuh.. Ibu pergi aja ke Jakarta.

Ibu Rika          : Tidak.. Ibu tidak akan pergi.. Lagian Tulang kalian sudah mengerti kok situasi Ibu bagaimana.Ya sudah habiskan sarapannya.

Tiba – tiba handphone Ani berbunyi…

Ani                  : Haloo… iya Rin… iya.. iya.. ini dah mau beragkat kok.. iya.. iya.. ketemu di kampus aja.. (menutup telepon dan berpamitan pada Ibunya) Bu.. aku berangkat dulu ya… temanku udah nungguin…

Ibu Rika          : oohh….

Mita                 : Aku juga pamit berangkat bu..

Ibu Rika          : Iya.. hati – hati kalian ya..

Setelah kedua putrinya tersebut berpamitan berangkat ke sekolah, tinggallah Ibu Rika dirumah. Ibu Rika merapikan meja makan, membersihkan rumah dan beristirahat di kursi. Tiba – tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Ibu Suri           : (mengetuk pintu dan memanggil Ibu Rika dari luar) Permisi… Ibu Rika…    Ibu Rika… bu….

Ibu Rika          : Iya..siapa…. (sambil membukakan pintu) Oh.. Ibu Suri.. ada apa bu. Silahkan masuk..

Ibu Suri           :  Begini bu,anak saya mau berangkat ke Jakarta.

Ibu Rika          : Jakarta?

Ibu Suri           : Ia bu.

Ibu Rika          : Ngapain ke Jakarta.

Ibu Suri           : Merantau bu.. cari pekerjaan

Ibu Rika          : Oh. Jadi?

Ibu Suri           :  Seperti yang Ibu Rika ketahui.. suami saya telah lama meninggal dan hidup kami jua selama ini susah bu.. mau makan sajapun harus minjam beras dulu. Jadi, saya datang kemari mau meminjam uang pada Ibu… saya butuh uang untuk biaya anak saya ke Jakarta..

Ibu Rika          :  Berapa yang kamu butuhkan.

Ibu Suri           : Dua juta saja bu.

Ibu Rika          :  Kapan bisa kamu bayar?

Ibu Suri           : Secepatnya bu.. secepatnya akan saya bayar bu.

Ibu Rika          : Kalau begitu tunggu sebentar.. (pergi sebentar untuk mengambilkan uang) Ini bu uangnya.

Ibu Suri           : Oh.. trimakasih bu.. trimakasih banyak.

Ibu Rika          : Iya.. ia..

Ibu Suri           : Kalau begitu saya pergi dulu bu.

Ibu Rika          : Oh iya.. silahkan

Jam menunjukkan pukul 15.00 Mita pulang ke rumah.

Mita                 : Bu.. Ibu… (memanggil Ibunya sambil meletakkan tasnya di kursi)

Ibu Rika          : Iyaa.. Ibu di dapur.

Mita                 : Oh.. (datang menghampiri ibunya di dapur) Bu.. tadi pas aku lewat warung bu Dewi, aku dengar cerita ibu – ibu di sana kalau anaknya Ibu Suri akan berangkat ke Jakarta ya.

Ibu Rika          : Oh.. itu benar. (sambil asik dengan pekerjaan dapurnya)

Mita                 :  Ibu tau darimana?

Ibu Rika          : Ya tau aja…

Mita                 : Ah.. Ibu.. tapi bagaimana bisa Ibu Suri memberangkatkan anaknya ka Jakarta  sedangkan hidup mereka saja susah..

Ibu Rika          : Tadi setelah kalian berangkat ke sekolah Ibu Suri datang ke rumah kita.. Dia datang mau minjam uang sama ibu.

Mita                 : Jadi Ibu kasih?

Ibu Rika          : Ya iya… Ibu sama mereka.

Mita                 : (Tersenyum) Ibu baik deh.Oh ia bu. Aku ganti baju dulu ya.

Ibu Rika          : Kakakmu pukul berapa pulangnya?

Mita                 : Tidak tahu bu… tadi kakak bilang dia masih banyak urusan di kampusnya.

Ibu Rika          : Oh iya.. ya sudah cepatlah setelah itu makan dulu.

Mita                 : Ok bu.. (sambil berjalan meninggalkan ibunya)

BABAK II

Sebulan setelah Ibu Suri memberangkatkan anaknya ke Jakarta, Ibu Suri semakin mengalami kesusahan. Belum lagi karena anaknya itu belum mendapat pekerjaan di Jakarta dan Ibu Suripun harus mengirim uang untuk hidup anaknya di sana. Sedangkan Ibu Suri untuk makan saja masih harus meminjam uang dari tetangga.

Ibu Suri           : (Duduk termenung) darimana lagi aku harus meminjam uang untuk anakku itu. Makanku saja masih kesulitan. Ah.. menyedihkan sekali hidupku ini. Tidak seperti Ibu Rika yang seorang janda tapi hidup kaya. Anaknya saja bisa dia sekolahkan hingga kuliah, sedangkan aku.. anak tamat SMA saja sudah syukur sekali.

Saat itu Ibu Suri merenungi kesulitannya untuk mendapatkan uang demi anaknya yang di Jakarta. Tiba – tiba muncul dibenaknya untuk menemui Ibu Rika lagi untuk meminjam uang.

Ibu Suri           : Ah.. sebaiknya aku menemui Ibu Rika saja. Semoga dia berkenan memberiku   pinjaman lagi.Kasihan anakku yang di perantauan sana..

Saat itu Ibu Suri langsung berangkat ke rumah Ibu Rika..Di dalam rumah Ibu Rika  beserta kedua putrinya sedang asik dengan kegiatannya masing – masing. Ana asik dengan laptopnya, Mita asik dengan HPnya dan Ibu Rika asik membaca majalah.

Ibu Suri           : (Sambil mengetuk pintu) Ibu Rika… Ibu Rika…

Ana                 : Bu, ada yang manggil itu.

Ibu Rika          : Iya.. siapa ya.. Mit, bukakan pintunya lah.

Mita                 : Iya bu.. (pergi membukakan pintu) Ibu Suri… ada apa datang kemari…  hmm..pasti mau pinjam uang lagi deh..(berbicara dengan nada suara lembut)

Ibu Suri           : Ibu kamu ada?

Mita                 : Itu.. duduk di kursi.. masuk aja.. Bu.. Ibu Suri datang.

Ibu Rika          : Oh.. ada apa bu..

Ibu Suri           : Maaf sebelumnya bu sudah merepotin. Saya datang kemari mau memberitahukan pada Ibu, kalau uang yang saya pinjam sebulab lalu belum bisa saya lunaskan bu.

Ibu Rika          : Padahal ini sudah lama sekali loh bu… jika dijatuhkan tempo mungkin Ibu sudah lewat…

Ibu Suri           : Oleh karena itu bu saya datang kemari untuk meminta pada ibu tolonglah saya diberi keringanan lagi.

Ibu Rika          : Ah.. sampai kapan diberi keringanan…

Ibu Suri           : Maaf sebelumnya bu…

Ibu Rika          : Ya sudah.. Tidak apa..

Ibu Suri           : Trimakasih bu.. Selain itu, saya juga ingin meminjam uang ibu lagi.

Mita                 : Haa.. benarkan dugaanku… pasti ujung- ujungnya pinjam duit lagi deh..

Ibu Rika          : Mita… husstt

Ibu Suri           : Tolonglah bu.. bantu saya bu, kasihan anak saya yang di Jakarta..

Ibu Rika          : Di Jakarta… bukannya dia berangkat ke Jakata untuk bekerja? Mengapa kamu justru kasihan padanya.

Ibu Suri           : Iya bu.. anak saya belum juga bekerja di sana, jadi dia butuh uang untuk biaya hidupnya disana.

Ibu Rika          : Eh.. maaf ya bu.. itu bukan urusan saya… dan saya tidak bisa lagi  memberi ibu pinjaman uang lagi.

Ibu Suri           : Tapi aku mohon bu… bantulah saya.

Ibu Rika          : Saya sudah bilang sama ibu.. saya tidak bisa member ibu pinjaman lagi.. sedangkan pinjaman pertama saja ibu belum bayar dan sekarang ibu mau pinjam lagi?

Ibu Suri           : Aku mohon bu.. tolonglah saya… mengenai pinjaman  sebelumnya saya janji akan bayar bu..

Ibu Rika          : Saya sudah bilang saya tidak akan memberi ibu pinjaman.. silahkan pinjam kepada tetangga yang lain.. mungkin ada yang akan berbaik hati memnerimu pinjaman.

Ibu Suri           : Tidak ada lagi bu yang bisa membantu saya. Saya mohon bu… tolong bantu saya.

Ibu Rika          : Ibu keras kepala ya… saya tidak bisa memberi ibu pinjaman.. jadi silahkan ibu keluar dari rumah saya..

 Ibu Suri          : Bu.. Bu Rika… saya mohon bu..

Mita                 : Pergilah dari sini Ibu Suri.. Tidak ada gunanya Ibu memohon…

Ibu Rika          : Mita.. ajak di keluar dari rumah kita ini.

Ibu Suri hanya bisa bersedih mendengar perkataan Ibu Rika.. Dengan sakit hati Ibu Suri meninggalkan rumah itu. Disepanjang jalan Ibu Suri hanya bisa merenungi nasibnya..

Ibu Suri           : Pada siapa lagi aku harus meminjam uang. Kasihan anakku yang di perantauan sana. Dan ibu Rika sudah membuatku sakit hati. Ah.. malangnya nasibku ini.. sekarang aku tidak bisa apa – apa lagi untuk membantu anakku, makan saja sudah susah.. apa lagi yang bisa kuperbuat. Haruskah aku bunuh diri.. Ah.. tapi bagaimana dengan kondisi anakku nanti… Ibu Rika sungguh membuatku sakit hati dan menangis.

Sepanjang jalan  Ibu Suri hanya bersungut – sungut meratapi kemiskinannya. Terkadang muncul dalam benanknya untuk pergi memninggalkan dunia ini selama – lamanya. Akan tetapi, tiba – tiba muncul dalam benaknya untuk melakukan hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dia teringat akan dukun yang masyarakat katakan dukun yang hebat di kampung sebelah. Yang mampu membuat kita kaya dalam sekejap.

Ibu Suri           : Apakah aku harus menemui dukun itu dan meyampaikan permintaanku? Tapi jika aku pergi kedukun itu artinya aku akan menduakan Tuhanku.. Ah, apa gunanya aku memikirkan hal itu selama ini aku sudah cukup sengsara karena kemiskinanku. Dengan berdoa saja aku tidak akan memperkaya hidupku dengan harta. Tapi jika aku pergi kedukun ini mungkin aku akan menjadi kaya bahkan mungkin rasa sakit hatiku akan bisa kubalas kepada Ibu Rika dan anaknya itu. Baiklah.. aku harus pergi kedukun itu tidak ada lagi cara lain.

Saat itu juga Ibu Suri pergi untuk bertemu dengan dukun itu. Dengan tekad yang kuat untuk jadi orang kaya  Ibu Suri datang ke rumah dukun itu. Di depan rumah dukun…

Ibu Suri           : Haruskah kulakukan ini… (dengan perasaan ragu – ragu antar masuk atau tidak ke rumah dukun itu ) tapi aku tidak ada cara lain lagi selain ini..

Dukun             : Siapa di luar…jangan berdiri saja di sana.. masuk!

Ibu Suri           : I..i..ia mbah…

Dukun             : Duduklah…

Apa yang membuatmu datang kemari.

Ibu Suri           : (Bicara dengan terbatah - batah) Begini mbah… aku..

Dukun             : Sudah…. Aku sudah tau apa maksudmu.. Kau menginginkan kekayaan   kan… ha.. ha.. ha..

Ibu Suri           : Betul mbah… aku datang kemari memang ingin jadi orang kaya.

Dukun             : Ha.. ha.. ha.. baik.. baik.. akan kuturuti keinginanmu itu… tapi..

Ibu Suri           : Tapi apa mbah… apapun yang mbah minta akan kupatuhi..

Dukun             : Ha.. ha.. ha..  semua ada syaratnya termasuk untuk menjadi kaya.

Ibu Suri           : Apa syaratnya mbah..

Dukun             : Aku butuh manusia untuk menjadi tumbalku.. jadi jika kau ingin kayak kau harus memberiku seorang manusia.

Ibu Suri           : Manusia mbah?

Dukun             : Ia..  aku tidak butuh manusia yang seperti apa, tapi yang pasti bisa kujadikan tumbalku.. bagaimana kau sanggup.

Ibu Suri langsung teringat denga sakit hatinya pada Ibu Rika..

Ibu Suri           : Baik mbah.. akan kuturuti syaratnya.

Dukun             : Pulanglah… kau akan memperoleh kekayaanmu dalam sekejap.

Ibu Suri           : Trimakasih mbah.. trimakasih.. aku permisi dulu mbah.

Dukun             : Ia.. Ha… ha.. ha.. Dua hari lagi kau harus datang kemari  membawa tumbal untukku.

Ibu Suri           : Baik mbah…

Setelah itu Ibu Suri langsung kembali ke rumahnya dengan harapan untuk menjadi kaya dengan  apa yang dijanjikan oleh dukun tadi bisa terkabulkan… dan rasa sedihnya berubah menjadi bahagia.. sesampainya Ibu Suri di rumahnya..

Ibu Suri           : Ha.. ha.. ha.. ya ampun (terkejut melihat apa yang terjadi dalam rumahnya).Uang .. ha.. uang.. kini aku jadi kaya…. Hahaha.. ini baru namanya hidup.. hidup dipenuhi dengan uang uang dan uang.. sekarang aku tidak akan miskin lagi dan utangku bisa kubayar secepatnya. Bahkan sekarang Ibu Rika tidak apa – apanya dibanding dengan uangku yang sekarang ini. Tidak akan lama lagi kesombongannya akan kubalas. Akan kuapakan uang ini.. oh.. lebih baik aku belanja baju sajalah dulu. Setelah itu aku akan bayar utangku pada Ibu Rika.

BABAK III

Dengan uang yang Ibu Suri dapatkan melalui dukun itu, Ibu Suri pergi untuk berpoya – poya dan membelanjakan uang itu untuk membeli baju – baju mewah. Dengan uang itu Ibu Suri mengubah penampilannya dari penampilan lusuh kini menjadi mewah.

Besok harinya Ibu Suri pergi untuk bertemu Ibu Rika. Ibu Suri datang ke rumah Ibu Rika untuk membayar utangnya.

Ibu Suri           : (Mengetuk pintu Ibu Rika)

Ibu Rika          : Ibu Suri… Ada apa datang kemari.

Ibu Suri           : Aku datang kemari sekedar berkunjung saja.

Ibu Rika          : Berkunjung? Aku pikir Ibu datang kemari untuk membayar utang.. eh ternyata.

Ibu Suri           : Apa? Utang? Oohh… dua juta kan.. (sambil mengambil uang dari tasnya). Ini dua juta.. dan ini sudah saya lebihkan dari bunganya.

Ibu Rika          : (Terheran)

Ibu Suri           : Kalau begitu aku permisi dulu.. aku sudah bosan dengan rumah sederhana ini.

Ibu Suri pergi meninggalkan rumah itu. Di tengah jalan Ibu Suri berpapasan dengan anaknya Ibu Rika siMita. Mereka salin bertabrakan dan saling memandang satu sama lain dengan cuek.

Dan sesampainya Mita di rumah, Mita menceritakan apa yang dia alami di tengah jalan tadi.

Mita                 : Ibu… Bu..

Ibu Rika          : Iaa.. ada apaa.. Ibu di dapur.

Mita                 : Ooh.. (sambil berjalan menghampiri Ibunya di dapur). Bu, tadi di jalan aku bertemu dengan Ibu Suri. Penampilannya tidak seperti yang biasanya bu.. Lusuh.. Tapi sekarang penampilannya jadi mewah.

Ibu Rika          : Trus..  Ibu Suri bilang apa samamu.

Mita                 : Tidak ada bu.. Dia memandangku dengan sinis dan sengaja menabrakku.. Ihh.. aku kesal bu.

Ibu Rika          : Ya ampun Mit.. Itu aja kau pikirkan.

Mita                 : Tapi menurutku aneh loh bu.. masa Ibu Suri berubah drastis gitu sih dalam sekejap… berubah jadi sombong lagi.

Ibu Rika          : Tadi itu.. Ibu Suri datang ke rumah kita.

Mita                 : Oh.. jadi dia datang kemari.. Mau pinjam uang lagi?

Ibu Rika          : Bukan…

Mita                 : Jadi?

Ibu Rika          : Ibu Suri datang kemari mau bayar utangnya.

Mita                 : Ha.. bayar utang… yang benar saja.. baru aja kemari memohon – mohon agar diberi pinjam uang. Tapi sekarang… Ibu Suri dapat uang darimana coba.

Ibu Rika          : Ya Ibu mana tau.. yang pentingkan utangnya sudah dibayar sama Ibu.

Mita                 : Aneh..

Ibu Rika          : Ya sudah ganti dulu bajumu sana.

Mita                 : Ia bu.

Ibu Rika          : Kakakmu pukul berapa pulangnya.

Mita                 : Gak tau bu.. (sambil berjalan menuju kamarnya)

Ana kembali dari kampus…

Ana                 : Ibu… Ana pulang

Ibu Rika          : Iaa.. Ibu di dapur.

Ana                 : Oh.. (berjalan menghampiri Ibunya) Mita dimana bu.

Ibu Rika          : Ganti baju di kamarnya.

Ana                 : Oh.. dia sudah pulang juga..

Ibu Rika          : Ia.. kau udah lapar kan.. makan dulu baru ganti baju.

Mita kembali dari kamarnya setelah selesai mengganti pakaiannya.

Mita                 : Eh ka.. baru pulang?

Ana                 : Hm iaa..

Ibu Rika          : Oh ia.. Ibu tinggal kalian dulu ya… Ibu mau pergi arisan ke rumah Ibu Indah.

Ana                 : Ia bu.. Ibu pulangnya gak lama kan.

Ibu Rika          : Ahh tidak lama kok… Oh ia, kalian makanlah.. jangan lupa setelah makan mejanya dibereskan.

Mita                 : Ok Bu…

Ibu Rika meninggalkan mereka dan pergi untuk arisan. Ana dan Mita asik mengobrol sambil makan.

Mita                 : Ka.. kakak tau tidak.. tadi ibu Suri datang kemari bayar utangnya.

Ana                 : Ya baguslah.

Mita                 : Tapi ada yang aneh ka.

Ana                 : Apanya yang aneh?

Mita                 : Ih.. ya ampun ka.. Ibu Suri itu datang kemari dengna penampilan orang kaya.. Trus baru aja kemarin Ibu Suri datang kemari untuk memohon agar dipinjamkan uang.. tapi sekarang utangnya sudah dibayar.. Kan aneh ka.. berubah jadi kaya secepat itu.

Ana                 : Iya juga ya.. Secepat itu, Ibu Suri dapat uang darimana coba… Apa mungkin dari anaknya yang di Jakarta?

Mita                 : Ah.. tidak mungkin ka.. kan kakak tau anaknya Ibu Suri itu samapi sekarang belum juga bekerja.

Ana                 : Iya juga sih.. Trus Ibu Suri dapat uang darimana?

Mita                 : Mana kutau ka.

Ana                 : Main dukun kali ya.

Mita                 : Ha.. ha.. ha.. Mungkin juga ka.

Ana                 : Ah.. kau ini.. jangan asal menebak.

BABAK IV

Saat kedua bersaudara ini tenga asik makan sambil mengobrol berbeda dengan Ibu Suri. Ibu Suri pergi lagi untuk bertemu dengan dukun itu. Ibu Suri pergi untuk menepati janjinya pada dukun itu untuk membawa sesorang sebagai tumbalnya. Di depan rumah duknnn

Ibu Suri           : Mbah.. mbah..

Dukun             : Iaa.. masuklah.. duduklah..

Ibu Suri           : Aku datang kemari untuk menepati janjiku mbah.

Dukun             : Ha.. ha.. ha.. bagus .. bagus.

Ibu Suri           : Ini mbah orangnya.. (sambil menyerahkan sebuah foto seseorang)

Dukun             : Ha.. ha.. ha.. bagus sekali.. orang ini masih pergi arisan ke rumah temannya.    

kau lihatlah nanti apa yang akan terjadi.. sekarang pulanglah.

Ibu Suri           : Baik mbah.. Kalau begitu aku permisi pulang dulu mbah.

Dukun             : Ha. Ha.. ha.. ia ia.

Ibu Suri  pergi meninggalkan rumah dukun itu dengan perasaan gembira bahwa sakit hatinya akan terbalaskan juga. Di rumah Ibu Rika, Ana dan Mita sedang asik dengan kegiatan masing – masing. Ana yang sedang memainkan laptopnya sedangkan Mita sedangkan asik dengan Handphonenya sambil menunggu kedatangan Ibunya dari arisan.

Ana                 : Ibu kok lama ya pulangnya…

Mita                 : Ya elaah ka.. namanya juga Ibu – ibu arisan yaa pasti lamalah..

kan ngegosip dulu sih..

Ana                 : Tapi tidak seperti biasanya Ibu pulang lama .

Mita                 : Kita tunggu ajalah ka.

Ana                 : Perasaanku tidak enak ini Mit.

Mita                 : Aduh ka… Jangan gitu ah.. Ibu pasti pulang kok.

Ana                 : Semoga Ibu baik – baik saja.

Mita                 : Ia ka.. Oh ia ka.. kakak tau gosip baru tidak..

Ana                 : Apa? Tentang Ibu Suri lagi.

Mita                 : Yee.. bukan kali ka.. Kalau tentang Ibu Suri aku dah bosan bahasnya.

Ana                 : Jadi?

Mita                 : Ini tentang artis korea ka.. kaka tau superjunior kan?

Ana                 : Ia.. kenapa?

Mita                 : Salah satu personilnya mengundurkan diri ka… Kakak tau Choi Siwon

kan..dia ka yang mau mengundurkan diri.

Ana                 : Ooh.. (sambil asik dengan laptopnya)

Sembari mereka berdua asik mengobrol. Ibu Rika datang sambil memanggil nama mereka.

Ibu Rika          : Ana… Mita.. (sambil membuka pintu dengan wajah pucat dan suara lemah) Ana.. Mita….

Mita                 : Ka.. Ibu ka…

Ana                 : (Berlari menghampiri Ibunya) Ibu.. Ibu kenapa?

Mita                 : Ibu kenapa bu.. kok pucat gini.. Ibu sakit…

Ana                 : Bu… Ibu…

Ibu Rika terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Mita                 : Ibu…. Ibu… (menangis)

Ana                 : Ibu…. Ibu bangun bu..

Mita                 : Ibu kenapa ka… (berusaha untuk membangunkan Ibunya)

Saat itu Ibu Rika tidak bangun lagi.. Dan ternyata Ibu Rika sudah meninggal..

Ana                 : Ibu.. bangun bu…

Keduanya tidak berdaya melihat keadaan Ibunya itu. Mereka hanya bisa menangis tersedu –sedu.  Saat itu juga  Ibu Suri mendengar kabar bahwa Ibu Rika sudah meninggal itu artinya sakit hatinya kini terbalaskan juga.

Ibu Suri           : Ha.. ha.. ha.. Hebat sekali dukun itu.. Tidak sampai sehari aku sudah kaya dengan harta dan sekarang tidak sampai sehari juga Ibu Rika sudah meninggal.. Jika aku tahu seperti ini dari dulu mungkin dari dulu hidupku juga tak susah karena miskin. Ha.. ha.. haa.. dan sekarang aku telah bebas.. bebas dari kemiskinan dan bebas juga dari orang yang sombong.

Betapa senangnya hati Ibu Suri mendengar kabar meninggalnya Ibu Rika itu. Ibu Suri merasa dunia ini seakan menjadi miliknya sendiri dan seakan tiada lagi beban hidupnya. Sedangkan Ana dan Mita sedang berduka atas kematian Ibunya yang secara tiba – tiba di luar dugaan mereka. Dan itu mereka mengetahui bahwa itu merupakan perbuatan seseorang yang pernah mereka tolong.

BABAK V

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bukan berganti bulan, dan tahun berganti tahun sejak kematian Ibunya Ana dan Mita mengalami perubahan dalam hidupnya. Warisan yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya kini sudah menipis untuk biaya hidupnya. Dan sekarang Ana dan Mita mengalami kesusahan. Bahkan uang sekolah Mita sudah beberapa bulan tidak dibayar. Bagaimana tidak, mereka berdua selama ini hidup hanya mengandalkan warisan dari orang tua mereka. Di rumah Ana dan Mita sedang duduk mengobrol.

Mita     : Ka…

Ana     : Iya.. ada apa..

Mita     : Uang kita sudah mulai habis ka.. sedangkan aku butuh uang untuk bayar uang sekolahku yang sudah kutunggak beberapa bulan ini. Bagaimana ini ka?

Ana     : Iya Mita..Kakak juga tahu.. Kakak juga butuh uang untuk biaya kuliah kakak. Kakak juga belum tahu darimana kita bisa dapat uang.

Mita     : Kalau aku nunggak lagi ka.. besok aku akan dipecat dar sekolah ka.

Ana     : Bagaimana ya.. (berpikir sejenak) Oh, ya sudah kau tetaplah sekolah.. masalah uang sekolahmu biar kakak saja yang tanggung.

Mita     : Tapi bagaimana ka..

Ana     : Biarlah kakak berhenti ngampus dulu.. Kakak akan coba cari pekerjaan.

Mita     : Apa tidak ada cara lain ka.. kan kakak harus ngampus juga.

Ana     : Tidak ada Mita.. Kakak harus berhenti kuliah untuk bekerja cari uang.

Mita     : Coba saja kalau Ibu masih hidup pasti hidup kita gak seperti ini kan ka.. (menangis)

Ana     : (Sambil memeluk adiknya) Jangan menangis Mit… Ini sudah nasib kita.. jadi harus kita terima.

Sudah beberapa hari ini Ana mencari pekerjaan akan tetapi dia belum juga mendapat pekerjaan. Sedangkan adiknya Mita harus membayar uang sekolahnya yang sudah ditunggak beberapa bulan ini. Belum lagi biaya untuk makan mereka sehari – hari.

Seharian Ana sudah kesana kemari untuk mencari pekerjaan.

Ana     : (Sambil berjalan) Bagaimana ini? Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan. Sudah beberapa hari ini aku belum juga mendapat pekerjaan dan kami sudah kehabisan uang. Uang sekolah adikku juga belum dibayar. Kalau aku tidak bisa mendapatkan uang, adikku akan dikeluarkan dari sekolahnya.

 Di tengah jalan Ana berhenti tepat di depan rumah Ibu Suri. Tampak di sana Ibu Suri sedang duduk di teras rumahnya sambil menghitung uangnya. Saat itu muncul di benak Ana untuk menemui Ibu Suri.

Ana     : Inikan rumah Ibu Suri… Apa aku harus meminta bantuan dari Ibu Suri? Ah, tapi tidak mungkin Ibu Suri memberiku pinjaman seandainyapun diberi pinjaman pasti bunga pinjamannya akan besar. Tapi.. Adikku butuh uang untuk sekolahnya. Bagaimana ini Tuhan… Baiklah akan kucoba dulu bicara denagn Ibu Suri.

Dengan perasaan ragu – ragu Ana bertekad untuk tetap bertemu dengan Ibu Suri.

Ana                 : Permisi… Ibu Suri… Ibu..

Ibu Suri           : Siapa itu…

Ana                 : Ini aku Ana bu.. anaknya Ibu Rika..

Ibu Suri           : Haa.. anaknya ibu Rika yang sudah meninggal itu? Sedang apa dia kemari? Masuklah..

Ana                 : Maaf bu.. saya menganggu..

Ibu Suri           :  Ada apa kau datang kemari.. Oh aku tau.. pasti mau minjam uang kan.

Ana                 : Ia bu…

Ibu Suri           : Ha… ha.. ha..Benarkan dugaanku.. orang miskin seperi kau ini kalau datang ke rumah orang kaya pasti kalau tidak minjam uang yaah pasti mau minta sesuap nasi.. iya kan..

Ana                 :  Maaf bu Suri.. aku datang kemari ingin meminjam uang bu untuk biaya sekolah adikku. Jika uang sekolahnya tidak segera dibayar dia akan dikeluarkan dari sekolahnya bu..

Ibu Suri           : Haa.. itu bukan urusan saya.

Ana                 : Aku mohon bu Suri… tolong bantu kami bu..

Ibu Suri           : (Dian sambil menGhitung uangnya)

Ana                 : Aku mohon bu… tolong beri saya pinjaman bu… aku mohon bu..

Ibu Suri           : Kasihan sekalu kau ini… haa.. ok.. akan kuberi kau pinjaman..berapa yang kau butuhkan.. liam juta, sepuluh juta, duapuluh juta atau lima puluh juta..

Ana                 : Aku hanya butuh dua juta saja bu..

Ibu Suri           : Apa? Dua juta saja.. ha.. ha.. ha… dikit sekali.. Ah.. ya sudahlah.. ini.. dua juta.

Ana                 : Trimakasih bu.. trimakasih..

Ibu Suri           : Ohoo… tapi kau harus kembalikan uang ini dalam waktu dua bulan saja. Dan kau harus kembalikan uangnya dua kali lipat.

Ana                 : Apa bu.. tapi… itu banyak sekali bu..

Ibu Suri           : Aku tidak memaksamu untu ambil uang ini.. jika kau tidak sanggup silahkan kembalikan uangnya.

Ana                 : oh baik bu baik.. akan saya kembalikan dalam waktu dua bulan..

Ibu Suri           : Bagus kalau begitu..

Ana                 : Kalau begitu saya permisi dulu bu..

Ana pergi meninggalkan rumah Ibu Suri dengan membawa uang sebesar dua juta rupiah. Ana merasa bersedih telah meminjam uang dari ibu Suri, akan tetapi disisi lain dia akan menyenangkan hati adiknya karena adiknya tidak akan dikeluarkan dari sekolahnya. Sesampai di rumah Ana bertemu dengan adiknya yag sedang belajar.

Ana                 : Mita.. Kakak pulang..

Mita                 : Ka.. bagaiman? Kaka sudah dapat pekerjaan kan..

Ana                 : Belum Mit..

Mita     : Yaah.. bagaimana dengan sekolahku ka..

Ana     : Kau tenang saja Mit… Ini kakak ada dapat uang jadi besok kau  akan membawa uang sekolahmu.

Mita     : Yang benar ka.. Kakak dapat uang darimana?

Ana     : Dari teman kakak yang pinjam duit kemarin sama kakak waktu kakak masih kuliah. Jadi kakak tadi ke rumahnya untuk minta uang jadi dikasih.

Mita     : Oh iya ya… ka, berarti aku jadikan hp baru.

Ana     : Tidak Mita.. uang ini tidak cukup untuk beli hp barumu.. uang ini akan kita pakai untuk makan kita sehari – hari .

Mita     : Oh ya sudah ka.. tidak apa.. yang penting uang sekolahku sudah lunas.

Ana     : Iya.. kakak mau istirahat dulu..

Mita     : Ia ka..

BABAK VI

Uang dua juta rupiah tidaklah cukup untuk biaya hidup mereka beberapa bulan ini. Ana telah bekerja keras mulai dari pagi hingga malam hari untuk  membiaya hidup mereka. Ana bekerja di rumah orang lain bahkan menjadi tukang cuci. Belum lagi Ana harus membayar utang kepada Ibu Suri. Hingga akhirnya dua bulan telah tibalah saatnya Ana membayar utangnya itu. Ibu Suri datang ke rumah Ana untuk menagih utang akan tetapi Ana tidak di rumah yang di rumah hanyalah adiknya Mita. Ibu Suri datang bersama dengan kedua pengawalnya.

Pengawal Ibu Suri menggedor – gedor  pintu.

Mita                 : Iya.. Siapa? (pergi membukaka pintu) Siapa kalian..

Ibu Suri muncul dari belakang pengawalnya..

Ibu Suri           : Dimana kakakmu..

Mita                 : Kakak tidak dirumah.. ada apa Ibu Suri datang kemari..

Ibu Suri           : Jangan bohong.. Dimana kakakmu..

Mita                 : Kakak tidak di rumah bu... Masuklah dulu..

Ibu Suri memasuki rumah itu sambil melihat – lihat barang yang ada di rumah itu..

Ibu Suri           : (Memberi isyarat kepada pengawalnya untuk membawa sebuah barang dari rumah itu)

Mita                 : Bu.. ada apa ini… kenapa TV kami dibawa.. lepaskan pa..

Ibu Suri           : Cepat bawa barang itu keluar…

Mita                 : Ibu Suri… Kenapa ibu membawa Tv kami… apa maksud ibu!

Ibu Suri           : Apa? Kau bodoh atau memang pura – pura tidak tahu.. dan berani sekali kau membentakku..

Mita                 : Maksud Ibu apa?

Ibu Suri           : Asal kau tahu ya.. kakakmu si Ana itu meminjam uang dariku dan sekarang sudah lewat tempo pembayarannya..

Mita                 : Apa? Kakak minjam uang? Tidak mungkin..

Ibu Suri           : Apa tidak mungkin? Emang uang yang kau pakai untuk biaya sekolahmu itu darimana.. ha.. dari langit? Itu uang dari saya .

Cepat bawa keluar Tv itu.. jangan pedulikan dia…

Mita                 : Jangan bu.. tolong jagan bawa TV itu bu.. Aku mohon bu.. pak lepaskan pak..

Mita terjatuh ke lantai saat berusaha menghentikan pengawal ibu Suri untuk berhenti membawa TV itu keluar.

Mita                 : Ibu Suri.. aku mohon bu.. jangan bawa TV kami itu bu.. (menangis)

Ibu Suri           : Sampaikan pada kakakmu, kalau sampai minggu depan aku datang kemari dan  dia tidak mampu bayar utangnya rumah ini akan ku jual.. atau.. kau akan kubawa sebagai gantinya..

Ibu Suri pergi meninggalkan rumah itu, sedangkan Mita hanya bisa duduk menangis. Dia tidak percaya bahwa kakaknya telah berbohong padanya kalau uang yag dia pakai untuk sekolahnya ternyata hasil pinjaman dari Ibu Suri. Beberapa saat kemudian Ana kembali ke rumah. Dia terkejut melihat adiknya menangis.

Ana     : Mita… kau kenapa menagis..

Mita     : Mengapa kakak berbohong padaku ka.. kenapa ka..

Ana     : Apa maksudmu?

Mita     : Kenapa kakak harus meminjam unag dari Ibu Suri ka.. kenapa ka..Kakak bohong samaku.

Ana     : Mita.. kau dengar dulu penjelasanku.

Mita     : Kakak begitu jahat samaku.. aku ini bukan orang lain ka.. aku ini adikmu.. kenapa kakak tidak jujur saja padaku.. Lihat ka.. TV kita sudah dibawa oleh Ibu Suri.. dan besok mungkin aku yang dibawa.. apa itu yang kakak inginkan.

Ana     : Mita.. kakak tidak ada niat untuk membohongimu.. kakak hanya tidak ingin sekolahmu berhenti.

Mita     : Tapi bukan seperti itu ka caranya… aku malu ka.. aku malu..

Ana     : Kakak tidak tahu lagi apa yang harus kakak lakukan supaya bisa bayar uang sekolahmu.. kakak tidak mau kau dikeluarkan dari sekolah..

Mita     : Aku benci sama kakak.. aku benci

Ana     : Mita   (membentak) kakak lakukan itu karena kakak sayang samamu Mit.. tidak karena hal lain.. kau lihat hidup kita ini miskin , kalau kakak tidak meminjam uang itu kita mungkin tidak bisa makan dan bisa mati kelaparan di rumah ini.

Mita     : oh.. jadi dengan apa kakak akan bayar semua itu ka..

Ana     : Kakak akan bekerja keras Mit..

Mita     : Tapi ini seminggu ka.. kakak dapat darimana coba uang sebanyak itu dalam seminggu..  kalau kakak tidak sanggup membayarnya aku akan dibawa oleh ibu Suri ka.. aku tidak mau ka…

Ana     : Tenanglah Mit.. kakak akan berusaha untuk mencari uang supaya kau tidak dibawa. (sambil memeluk adiknya) maafkan kakak Mit.. kakak tidak bermaksud membawamu dalam masalah ini.

Mita     : Maafkan Mita juga ka.

Disaat mereka saling berpelukan sambil menangis beda halnya dengan Ibu Suri. Ibu Suri kembali pergi menemui dukun itu untuk menepati janji mereka sebelumnya bahwa ibu Suri harus berkunjung ke rumah dukun itu. Di rumah dukun..

Ibu Suri           : Mbah.. mbah,..

Dukun             : Iaa.. masuklah…

Ibu Suri           : Mbah trimakasih telah membantuku hingga aku menjadi kaya seperti ini..

Dukun             : Ia.. ia.. ha ..ha.. ha..

Ibu Suri           : Ini mbah.. ada sedikit uang.. aku hendak berbagi kebahagiaan denganmu mbah..

Dukun             : kau pikir aku butuh uangmu itu.. ha.. ha.. ha..

Ibu Suri           : Jadi apa yang mbah butuhkan dariku mbah..

Dukun             : ha.. ha..ha.. seperti yang kau lihat aku semakin lemah tak bertenaga.. jadi aku butuh kekuatan baru.. dan aku bukan butuh uangmu.. tapi aku butuh kau memberiku nyawa seorang manusia.

Ibu Suri           : Tumbal lagi mbah?

Dukun             : Ia… ha .. ha.. ha.. kali ini aku butuh seorang gadis yang masih perawan..

Ibu Suri           : Gadis yang perawan?

Dukun             : Kenapa? Kau tidak sanggup memenuhi keinginanku..

Ibu Suri           : Tidak mbah.. akan ku bawakan seorang gadis perawan untukmu mbah…

Dukun             : Baik.. sekarang pergilah… ha.. ha.. ha..

Di sepanjang jalan ibu Suri berpikir tentang permintaan dukun itu..

Ibu Suri           : Anak gadis? Tapi siapa yang akan kujadikan tumbalku… Oh ia.. anak ibu Rika kan masih gadis. Jadi kalau salah satu diantara mereka ku korbankan tidak apa dong… lagiankan mereka masih berutang padaku.. ha  .ha.. pintar sekali aku ini.. Minggu depan akan kudatangi rumah mereka untuk menagih utang, jika mereka belum mampu membayarnya adiknya yang akan kubawa.

BABAK VII

Ana dan Mita bekerja keras untuk bisa membayar utang mereka pada Ibu Suri. Ana bekerja keras dari pagi hari hingga malam, sedangkan adiknya pulang sekolah langsung ikut membantu kakaknya itu. Karena begitu bekerja keras Ana menjadi sakit – sakitan. Dan seminggu telah tibalah waktunya mereka untuk membayar utangnya kepada Ibu Suri. Akan tetapi mereka belum juga bisa membayar utangnya belum lagi karena sedang sakit. Di rumah Ana sedang duduk berdua dengan adiknya. Dan ibu Suri datang ke rumah itu bersama denagn kedua pengawalnya…

Pengawal ibu Suri mengedor – gedor pintu rumah mereka.

Mita                 : Ibu Suri..

Ibu Suri           : Dimana kakakmu..

Mita                 : Kakak sedang sakit bu…     

Ibu Suri           : Ah.. itu alasan kalian saja.. sekarang juga kalian harus bayar utang kalian

Ana                 : Maaf bu Suri.. kami belum bisa membayar utag kami bu..

Ibu Suri           : Apa? Berani sekali kalian melawanku… aku sudah beri waktu seminggu tapi tidak juga bisa kalian bayar.. apa – apaan kalian ini..

Ana                 : Tolonglah bu Suri.. Kasihani kami bu..

Mita                 : Kami mohon bu.. kasihan kakakku sedang sakit bu…

Ibu Suri           : Itu bukan urusanku.. sekarang juga kalian bayar utang kalian itu.. dan kalian pikir aku ini bodoh ha..  kalian sudah dikasih hati malah minta jantung…  kalau saya beri kalian waktu lagi, bisa-bisa kalian melarikan diri dari rumah ini..

Ana                 : Tidak bu… kami tidak akan melarikan diri.. kami janji akan bayar utang kami bu..

Ibu Suri           : Ah.. aku tidak percaya… Pengawal.. bawa adiknya pergi dari sini…

Mita                 : Jangan bu… aku mohon jangan bu… Kaa..

Ana                 : Bu Suri.. tolong jangan bawa adikku bu… jangan bu… lepaskan dia pak.. lepaskan.

Ibu Suri           : Jangan pedulikan mereka.. cepat bawa dia..

Ana                 : Aku mohon lepaskan adikku pak.. lepaskan pak..

Ana terjatuh saat hendak menolong adiknya, apa daya Ana tidak memiliki kakuatan untuk menolong adiknya apalagi dia sedang sakit.

Mita                 : Ka… Ka Ana.. Tolong aku aku ka… lepaskan aku(berusaha melepaskan diri)

Ana                 : (Sambil memohon berlutut pada Ibu Suri) Tolong jangan bawa adikku bu…

Ibu Suri           : Lepaskan.. Adikmu akan kulepaskan kalau kau sudah mampu bayar utangmu..Cepat.. ayo pergi dari sini.

Ibu Suri pergi meninggalkan rumah itu bersama dengan pengawalnya dengan membawa adiknya Mita. Tinggallah Ana senders dalam keadaan sakit di rumah itu.

Di rumah Ibu Suri, Mita dijadikan pembantu sedangkan ibu Suri asik bersantai – santai dengan kekayaan yang dia miliki. Tiba- tiba dia teringat dengan janjinya dengan dukun itu. Kemudian dia bergegas untuk berangkat ke rumah dukun itu.

Ibu Suri           : Mbah… mbah..

Dukun             : Masuklah.. Dimana janjimu itu.

Ibu Suri           : Tenang mbah.. aku datang kemari untuk memberikan ini.. (menyerahkan sebuah foto seseorang) bagaimana mbah.. dia pantaskan untuk dijadikan tumbal.

Dukun             : Ha..ha..ha.. ia ia.. pintar sekali kau mencarikkan tumbal untukku… dan sekarang gadis ini sedang sakit, sehingga kalau dia nanti mati orang – orang tidak akan terkejut. Orang – orang akan menganggapnya  mati karena sakit. Ha..ha..ha..

Ibu Suri           : Ha.. ha..ha. ia mbah… tapi aku masih ada sedikit masalah mbah..

Dukun             : Apa masalahmu? Haa…

Ibu Suri           : Anak gadis yang di foto itu punya seorang adik.. dan adiknya itu sedang ada di rumahku sekarang mbah.. aku khawatir dia akan jadi beban bagiku..

Dukun             : Kau tidak usah khawatir.. Itu perkara yang gampang.. ha.. ha.. ha..

Ibu Suri           : Mengapa tidak mbah jadikan saja dia tumbalmu mbah.. bukankah dengan dua tumbal mbah akan semakin kuat..

Dukun             : Tidak bisa… aku tidak bisa menjadikan dia sebagai tumbalku.. karena ibu dan kakaknya telah jadi tumbalku.. kalau dia jadi tumbalku aku akan terbunuh.

Ibu Suri           : Jadi apa yang harus kulakukan dengan anak itu mbah..

Dukun             : Ini.. bawa ini saja.. berikan ini padanya untuk diminum.. dengan begitu dia akan terbunuh dalam seketika..

Ibu Suri           : Apa ini mbah..

Dukun             : Itu adalah racun..  tapi ingat jangan  kau yang meminumnya.. kalau tidak kau akan mati begitu juga denganku… jadi berhati – hatilah untuk memberikan padanya supaya diminum.. kau mengerti??

Ibu Suri           : Ia mbah.. aku mengerti.. kalau begitu aku permisi mbah..

Dukun             : Ha..ha..ha.. ia..

Ibu Suri berjalan pulang ke rumahnya dan seperti biasa jika dia pulang dia harus melewati rumah ibu Rika. Saat dia lewat dia mendengar kabar bahwa Ana telah meninggal. Kemudian dia datang berkunjung ke rumah itu. Di dalam tampaklah Mita sedang menangisi Kakaknya itu.

Ibu Suri           : Ada apa ini? (bertanya seolah tidak tahu apa yang terjadi di rumah itu)

Mita                 : Ibu Suri kurang ajar…  Ibu membunuh kakaku…

Ibu Suri           : Apa – apaan kau ini.. Berani sekali kau menuduhku… dank au ngapain disini bukannya bekerja di rumahku.. apa kau lupa pekerjaanmu sehingga kau berani melarikan diri kemari haa…

Mita                 :  Iaa.. aku melarikan diri kemari.. kenapa? Apa aku tidak bisa melihat kakakku.. dan sekarang Ibu lihat.. kakakku sudah meninggal dan ibu tega sekali berkata seperti itu padaku.. Ibu memang kejam lebih kejam dari seorang pembunuh..

Ibu Suri           : Berani sekali kau membentakku…

Mita                 : Tidak ada lagi yang ku takutkan di dunia ini… Ibu sudah membunuh kakakku dan silahkan bunuh aku bu… bunuh aku juga biar aku sama seperti kakakku… dan itu keinginan ibu kan..

Ibu Suri           : Anak kurang ajar… berani sekali kau menuduhku.. kau tau kakakmu itu mati karena penyakitnya… bukan karena aku..  setelah kakakmu itu dikuburkan silahkan kembali bekerja ke rumahku.. kau tau kan tugasmu..

Ibu Suri pergi meninggalkan rumah itu sedangkan Mita hanya menangis melihat keadaan kakaknya yang sudah tiada itu.

Mita     : Malang sekali nasibku ini ka.. Ka Ana.. jangan tinggalkan aku ka…. Ka Ana.. bangun ka… bangun.. jangan tinggalkan aku ka.. Ya Tuhan ada apa dengan keluargaku ini.. kenapa keluargaku harus menanggung sakit seperti ini.. Tuhan tolonglah ambil nyawaku juga, biarkan aku pergi bersama kakaku untuk menemui ibuku.. Karena aku tiada guna lagi hidup di dunia ini.. Ambillah nyawaku Tuhan…

BABAK VII

Belum lama setelah Ibunya meninggal kini Mita harus hidup sendiri di dunia ini tanpa orangtua dan sanak saudara. Mita dibantu oleh warga untuk membawa kakaknya ke pemakaman.

Dua hari setelah Ana di makamkan, Mita kembali ke rumah Ibu Suri untuk bekerja demi membayar utang mereka. Di teras rumahnya Ibu Suri sedang duduk santai.

Mita                 : Bu suri..

Ibu Suri           : Cepat juga kau kembali kemari.. ha.. ha.. ha.. kakakmu udah dikuburkan kan.. haa..kalau begitu tunggu apalagi cepatlah bekerja.

Mita                 : (Dengan wajah bersedih Mita masuk ke rumah dan mulai melakukan aktivitasnya)

Ibu Suri           : Jika dia bekerja terus menerus di sini itu artinya aku yang  memberinya makan. Seharusnyakan dia membayar utangnya bukan malah menerima makan di rumah ini.. Ini tidak bisa kubiarkan.. dia harus kusingkirkan dari rumah ini… Oh ia.. aku kan punya racun yang bisa membunuhnya.. Tapi tidak sekarang..  akan kusuruh dia meminum racun itu beberapa hari lagi.. supaya orang – orang tidak curiga padaku..

Sudah dua hari Mita bekerja di rumah itu. Dan Ibu Suri semakin tidak menyukainya, dia merasa bahwa kehadiran Mita di rumah itu hanya akan menambah kerugian baginya.. Hingga akhirnya dia bertekad untuk memberikan racun itu kepada Mita. Kemudian Ibu Suri mencampurkan racun itu ke dalam air minum dan memberikannya kepada Mita.

Ibu suri            : Mita.. kau pasti lelah bekerja.. istirahatlah dulu.. dan minumlah ini..

Mita                 : Trimakasih bu.. tapi nanti akan saya minum..setelah ini selesai aku kerjakan..

Ibu Suri           : Oh.. baiklah.. ku letakkan disini saja.. jangan lupa untuk meminumnya.. Aku mau pergi keluar dulu sebentar selesaikanlah pekerjaanmu secepatnya dan jangan lupa untuk memasak nasi untukku..

Mita                 : Ia bu…

Ibu Suri           : Jangan lupa untuk meminum teh itu..

Mita                 : Ia bu…

Ibu Suri pergi meninggalkan Mita di rumahnya itu..

Mita                 : Ada apa dengan bu Suri itu.. tumben sekali dia berkata baik … jangan- jangan. Ah… nanti sajalah ku minum air teh itu..

Beberapa jam kemudian Ibu Suri kembali ke rumah.

Ibu Suri           : Mita… dimana kau

Mita                 : Ia bu..

Ibu Suri           : Tolong bawakan padaku air minum.. cepat… aku haus sekali.. di luar sangat panas…

Mita                 : (Tanpa berpikir panjang Mita memberikan air minum yang di atas meja tadi) Ini bu.

Ibu Suri           : (Langsung meminumnya dan tiba – tiba dia merasa aneh dengan dirinya) air apa ini…

Mita                 : Air yang di atas meja tadi bu…

Ibu Suri           : Apa… (sesak dan bernafas dengan terengah - engah)

Mita                 : Bu.. bu Suri…

Saat itu juga Ibu Suri meninggal dunia begitu juga dengan sang dukun. Seperti halnya yang dukun itu katakan kalau ibu Suri yang meminum racun itu maka mereka berdua yang akan meninggal.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan, Ibu Suri meninggal dunia Mita pergi meninggalkan rumah itu dan kembali ke rumahnya. Kini dia hidup sendiri di rumah itu. Setelah mengalami kejadian yang sangat membuatnya terpukul itu, kini Mita masih semangat dalam menjalani hidup ini. Dia tidak berputus asa dia tetap  bersekolah sambil bekerja. Betapapun dalamnya duka yang kita alami, betapapun sakitnya hidup di dunia ini dan betapapun menyedihkan hidup sendiri di dunia ini tapi  ingatlah satu hal Tuhan masih beserta kita.

TAMAT