Disusun
oleh :
Kayani
Panjaitan 13110102
Dosen
Pembimbing : Mery Chris Isabella S.Pd
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA
HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena dengan berkatNyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah
ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan saya juga
berterimakasih kepada Ibu Mery Chris Isabella Saragih S.Pd selaku dosen mata
kuliah Keterampilan Jurnalistik yang telah memberikan tugas makalah ini.
Kiranya makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan penulis serta pembaca mengenai
Berita, unsur – unsur berita serta contoh berita. Dan saya juga sepenuhnya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,saya
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Pematangsiantar, Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………….……………………………………………...
2
1.3 Tujuan Penulisan…………….……………………………………………….
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sastra Anak dan Sastra Dewasa………………………………... .3
2.2
Perbedaan Sastra Anak dengan Sastra Dewasa……………………………... 6
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan………………………………………………………………... 10
3.2
Kritik dan Saran …………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehadiran
bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi yang sangat besar. Dengan bahasa
seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain,dapat mengungkapkan pikiran,
perasaan, ide, gagasan dan ekspresinya. Wellek dan Warren (1995: 14) menyatakan
bahasa adalah bahan baku kesusastraan. Maksudnya, bahasa merupakan sarana pokok
yang sangat penting bagi pengarang dalam menuangkan imajinasinya. Bahasa sastra
biasanya bersifat dinamis sehingga cenderung berubah-ubah serta menyimpang dari
bahasa yang biasa.
Sastra merupakan gambaran hidup dan kehidupan yang
dituangkan dalam bentuk cerita yang dipoles sehingga menarik perhatian.
Berbicara tentang sastra, yang berkaitan dengan apa itu sebenarnya sastra?
tentunya tidak akan akan menemui kesepahaman untuk mendefinisikan sastra itu
sendiri. Sastra memiliki beberapa peristilahan yang berbeda yang dapat kita
temui. Kata sastra sendiri merupakan kata yang yang berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu, Sas yang berarti mengarahkan, mengajarkan atau
memberi petunjuk dan -Tra yang berarti menunjukkan alat atau sarana.
Jadi Sastra berarti alat atau sarana yang digunakan untuk mengajar. Sementara
dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris sastra biasa dipadankan dengan
kata Literature, dalam bahasa Jerman Literatur. Semuanya
merupakan kata dari bahasa Yunani Litteratura yang berasal dari
akar kata Letter yang berarti huruf atau tulisan. A. Teew (1984:
22).
Selain
itu, bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang bersifat emotif dan konotatif
sebagai kebalikan dari bahasa non sastra, khususnya ragam ilmiah, yang rasional
dan denotatif (Nurgiyantoro, 1995: 273). Sedangkan karya sastra adalah salah
satu bentuk ungkapan pikiran , perasaan, gagasan, ide dan ekspresi sesorang
yang memanfaatkan bahasa sebagai media utamanya. Melalui karya sastra pengarang
memanfaatkan media bahasa sebagai media utama dalam menciptakan karya sastra.
Salah satu genre sastra yang kita kenal dewasa ini adalah sastra anak. Jenis
ini muncul berkenaan dengan kualitas diri anak yang berbeda dengan orang
dewasa, berbeda fisik, kognitif, juga kejiwaannya.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Sastra anak?
2. Apa
yang dimaksud dengan sastra dewasa?
3. Bagaimana
perbedaan sastra anak dengan sastra dewasa?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian sastra anak
2. Untuk
mengetahui pengertian sastra dewasa
3. Untuk
mengetahui perbedaan sastra anak dengan sasttra dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sastra Anak dan Sastra Dewasa
1.
Sastra
Anak
Sastra anak adalah sastra anak-anak dengan rentang usia bayi
sampai remaja, termasuk buku-buku “berkualitas” baik, melalui prosa dan puisi,
fiksi dan nonfiksi. (Tomlinson dan Lynch-Brown dalam D. M. Barone, 2011: 6).
Lebih lanjut yang dimaksud dengan buku yang berkualitas adalah salah satu
yang pada saat tertentu menyebabkan pembaca merasa dan berpikir. Tunnell dan
Jacobs (2008) berpendapat topik buku yang bagus adalah yang menuangkan “rasa
hormat”. D. M. Barone (2011: 6)
Selain itu, ada beberapa pendapat lain terkait dengan
definisi sastra anak. Menurut B. Nurgiyantoro (2005: 6) Sastra anak adalah
sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak
yang berangkat dari fakta konkret yang dapat diimajinasikan. Sedangkan menurut
Davis Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak dengan pengarahan anggota
dewasa suatu masyarakat, sedang penulisnya juga dilakukan orang dewasa. Dalam
Sarumpaet (2010: 2).
Lukens (2003) mendefinisikn sastra anak adalah sebuah karya
yang menawarkan dua hal utama: kesenangan dan pemahaman. Heru Kurniawan (2009:
22). Senada dengan apa yang disampaikan oleh Seorang penyair Italia,
Quintus Horatius Flaccus berpendapat bahwa sastra berfungsi ganda “Dulce Et
Utile” (Menghibur dan Bermakna), jadi sastra paling tidak harus memuat dua
fungsi yang dimaksud Flaccus. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di
atas dan ditambah dengan muatan fungsi sastra menurut Flaccus.
Definisi lain tentang sastra anak adalah cerita yang mengacu
pada korelasi dengan dunia anak-anak (dunia yang dipahami anak) dan bahasa yang
digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak (bahasa
yang dipahami anak-anak). Heru Kurniawan (2009: 22).
Jadi, sastra anak dapat difokuskan untuk anak-anak dengan
rentang usia dari 0-11/12 tahun atau berdasarkan pada teori psikologi J. Piaget
(Sensorimotor, tahap Preoperasional, dan tahap Operasional Konkret), yang pada
masa ini anak-anak hanya dapat memahami sesuatu yang bersifat konkret, adapun
imajinasi yang bersifat fantasi atu berlebihan, itu semua masih dapat diterima
oleh anak-anak.
Selain
itu, sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat
ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta
yang konkret dan mudah diimajinasikan. Menurut Huck dkk (via nurgiantoro, 2005:
7) isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi
anak itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak
dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk
akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku,
berpikir dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat
menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut
jangkauan pemahaman anak.
Pendapat
Saxby (via Nurgiantoro, 2005:5) menyatakan bahwa jika sebuah citraan dan atau metafora
kehidupan yang dikisahkan itu berada dalam jangkauan anak, baik yang melibatkan
aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori maupun pengalaman moral, dan
diekspresikan dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dapat dijangkau dan
dipahami oleh pembaca anak-anak, buku atau teks tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai sastra anak.
Begitu
juga dengan subjek penelitian ini, puisi anak merupakan salah satu bentuk genre
sastra anak yang muncul dan tercipta karena bentuk kognitif, kejiwaan,
ekspresi, dan dunia anak yang direpresentasikan menggunakan aspek emosi,
perasaan, pikiran, saraf sensori maupun pengalaman moral lewat sebuah karya
yang secara alamiah tersusun dan melekat dalam unsur kebahasaan dan
keterjalinan secara harmonis dalam unsur-unsur puisi.
Ø Ciri-ciri
sastra anak
Ada beberapa yang menjadi ciri khas dari sastra anak yang
dapat dibedakan dengan sastra remaja atau sastra dewasa. Berikut adalah
ciri-ciri sastra anak yang dirangkum dari Suyatno (2009), Sarumpaet (2009), dan
B. Nurgiyantoro (2005).
a) Tokoh yang
terlibat dalam cerita diperkenalkan terlebih dahulu.
Setiap
tokoh yang berperan dalam cerita atau sastra anak diperkenalkan terlebih
dahulu, sedangkan pada cerita remaja atau dewasa pengenalan tokoh dapat terjadi
ketika cerita sedang berlangsung.
b) Dalam penceritaan selalu
dibarengi dengan gambar
Untuk
sastra anak-anak, penceritaan diperkuat dengan gambar.
Tujuan
dari iringan gambar pada penceritaan adalah untuk memperkuat penceritaan
sehingga anak-anak lebih mudah memahami cerita. Selain itu kehadiran gambar
adalah salah satu sarana untuk menarik perhatian.
c) Menggunakan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami
Bahasa
yang digunakan dalam penceritaan cenderung mudah untuk dipahami oleh anak-anak
dan tidak menggunakan bahasa yang kompleks seperti karya sastra yang ditujukan
untuk remaja atau dewasa.
d) Desain buku bacaan yang unik
untuk menarik prhatian
Desain
buku untuk anak-anak cenderung berbeda dengan buku-buku remaja, buku anak lebih
menggunakan desain yang berbeda seperti bentuk yang menyerupai buah-buahan,
atau dengan kombinasi warna yang menarik perhatian.
e) Penceritaan cenderung terkait
dengan kehidupan anak (keluarga, teman, guru, dll).
Penceritaan
selalu dikaitkan dengan kehidupan anak-anak, sehingga pesan yang ingin
disampaikan tercapai. Meskipun penceritaan dalam bentuk fabel dan cerita
fantasi, namun penceritaan tetap berpusat pada kehidupan yang dialami
anak-anak.
f) Diakhir cerita selalu
menggembirakan tokoh utama.
Penceritaan
dalam sastra anak selalu berakhir dengan kegembiraan pada tokoh utama sebagai
fokus penceritaan. Tidak hanya tokoh utama, tokoh antagonis dalam penceritaanpu
selalu berakhir dengan sadar dan berubah dengan sifat baik.
g) Dikaitkan dengan psikologi
perkembangan anak (Operasional konkret).
Penceritaan,
penggambaran, latar, dll. Selalu dikaitkan dengan psikologi anak yang hanya
dapat memahami sesuatu yang bersifat konkret.
2. Sastra
Dewasa
Sastra dewasa adalah sastra yang
berisikan kehidupan manusia yang rumit dengan menggunakan bahasa maupun isi
yang kompleks. Biasanya, sastra dewasa menceritakan percintaan, kesenjangan
sosial, ataupun masalah-masalah rumit lainnya. Misalnya, Bumi Manusia
karya Pramudya Ananta Toer. Hal tersebut tidak cocok ditujukan kepada anak-anak
karena pada dasarnya anak-anak masih memiliki pemikiran sederhana. Sastra
dewasa dibaca oleh orang-orang dewasa dan penyajian penulisan sastra tersebut
ditulis pula oleh orang dewasa.
2.2
Perbedaan Sastra Anak dengan Sastra
Dewasa
Perbedaan mendasar dari sastra anak dengan sastra dewasa adalah
sasarannya. Sastra anak adalah sastra yang mengacu kepada dunia anak;
kehidupannya, alur cerita-ceritanya, dan bahasa yang digunakan (Kurniawan,
2009: 22). Sedangkan sastra dewasa berkebalikannya.
Dari definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sastra
anak terbatas pada “karyanya”. Sedangkan penulisnya, penerbitnya, agen naskah,
dan lain-lain, tidak harus seorang anak yang terlibat. Bahkan, selayaknya orang
dewasa lah yang melakukan itu semua supaya mereka dapat mengerti dan memahami
seperti apa seluk-beluk dunia anak itu sendiri, sehingga itu membuat orang
dewasa lebih bijak mengambil sikap dalam mendidik anak.
Kita bisa mengambil turunan pemahaman dari paragraf-paragraf
di atas tentang perbedaan sekunder lainnya antara sastra dewasa dan sastra
anak.
Pertama, sastra anak sebaiknya berisi kehidupan-kehidupan
yang dekat dengan dunia anak. Contohnya kehidupan bermain, kehidupan Taman
Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, kehidupan imajinasi, kehidupan di rumah, serta
kehidupan-kehidupan lain yang dekat. Ini berbeda dengan sastra dewasa yang bisa
mengambil setting kehidupan yang lebih luas: dunia kerja, dunia kuliah, bahkan
dunia malam. Rasanya tidak etis jika sastra anak berisi tentang kehidupan
malam.
Kedua, alur cerita-ceritanya. Alur cerita dalam sastra anak
biasanya sederhana dan tidak rumit. Konflik yang terjadi pun adalah konflik
yang kecil dan sederhana, seperti pertengkaran antar teman karena berebut
pensil, kemudian mereka berbaikan. Ini disesuaikan dengan tingkat pemikiran
mereka yang masih sederhana. Tentu saja berbeda dengan sastra dewasa yang bisa
melibatkan alur cerita yang lebih rumit, misalnya alur cerita kebangsaan
seperti pada Tetralogi Buru, simbol-simbol kuno seperti pada The Lost Symbol,
ataupun alur pembunuhan seperti pada novel the Farfume.
Ketiga, bahasa yang digunakan. Dalam sastra anak, bahasa
yang digunakan sebaiknya adalah bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dalam
alur pikiran anak SD. Tabu jika kita memasukkan istilah sastra atau kedokteran
di sana. Kalaupun ingin memasukkan suatu amanat, pergunakan dengan kalimat yang
terang, jelas, dan eksplisit pada akhir cerita, karena biasanya seorang anak
belum mampu menangkap apa yang ada di balik cerita tersebut. Tentu saja ini
berbeda dengan sastra dewasa. Sastra dewasa lazim memakai banyak istilah -jika
diperlukan. Justru istilah-istilah itu dipergunakan untuk memperkuat kesan
cerita. Adapun masalah amanat, sastra dewasa biasanya lebih bersifat implisit
dan sudah terkandung di dalam cerita. Orang dewasa tidak suka digurui, juga
tingkat intelektualitas mereka lebih tinggi sehingga menyadari amanat itu
walaupun tidak diungkapkan dengan jelas.
Selain perbedaan di atas terdapat
juga empat hal mengenai perbedaan antara sastra anak dan sastra dewasa yaitu :
1. Sastra anak dari segi bahasa cerita
yang dipakai adalah kalimat-kalimat yang sederhana. Cerita dalam sastra anak
umumnya memakai kalimat yang sederhana, struktur gramatikal yang mudah, dan
pemilihan diksi yang disesuaikan dengan pemerolehan bahasa anak sehingga anak
dapat mencerna kalimat-kalimat tersebut dengan baik. Misalnya, dalam satu
kalimat hanya terdiri dari beberapa kata dan struktur gramatikal yang dipakai
hanya subjek dan predikat. Sementara sastra dewasa cenderung memakai bahasa
yang rumit. Struktur gramatikal dan pemilihan diksi yang dipakai lebih
kompleks.
2.
Dari
segi kognisi. Sastra anak hanya memberikan pengetahuan dan pengenalan dalam
hal-hal tertentu. Sastra anak memberikan pengetahuan dan pengenalan yang masih
bersifat sederhana. Artinya, anak-anak belum diperkenalkan dengan pengetahuan
yang kompleks dalam kehidupan. Misalnya, anak-anak diberikan pengetahuan dan
pengenalan seputar konsep angka, warna, dan bentuk. Sementara sastra dewasa
memberikan pengetahuan yang lebih kompleks seputar kehidupan. Di dalam sastra
dewasa sudah terdapat konflik, pengalaman, dan konsep kehidupan.
3.
Dari
psikologis yang terkandung. Dalam sastra anak mulai diperkenalkan cerita-cerita
yang dapat membuat anak-anak berkembang secara sosial. Melalui cerita,
anak-anak dididik dengan nilai-nilai moral yang baik dalam kehidupan. Anak-anak
mulai diajarkan untuk dapat mengerti bagaimana diri mereka sendiri dan
kehidupan sosial yang anak-anak jalani secara sederhana. Misalnya, cerita
mengenai pertemanan anak-anak di sekolah dan di rumah. Sementara sisi
psikologis dalam sastra dewasa umumnya mempersoalkan banyak hal, seperti
perkembangan moral, permasalahan jiwa, dan pemahaman psikologi sosial
kehidupan.
4.
Dari
segi sosial cerita. Sastra anak umumnya mengambil ide cerita yang berada di
sekitar kehidupan anak-anak, seperti dalam kehidupan keluarga dan sekolah.
Sosial cerita yang disampaikan seputar berbakti pada orangtua, bersahabat baik
dengan teman, dan dekat dengan guru. Dalam sastra anak belum disampaikan sosial
cerita mengenai seks, kekerasan, dan kehidupan masyarakat yang tabu untuk anak.
Ide sosial cerita tersebut hanya ada dalam sastra dewasa.
Dengan demikian, sastra anak dan sastra dewasa memiliki
perbedaan tergantung dari sudut pandang apa yang dilihat. Pada intinya, sastra
anak dan sastra dewasa memberikan pengetahuan yang berbeda dan memiliki
perbedaan tema. Tema yang dipakai sastra anak masih sangat sederhana sementara
tema dalam sastra dewasa telah mengambil berbagai macam dimensi kehidupan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sastra
anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan
mudah diimajinasikan. Menurut Huck dkk (via nurgiantoro, 2005: 7) isi kandungan
yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah yang
antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak dapat berkisah
tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya
berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan
berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita
itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman
anak.
Sastra dewasa adalah sastra yang
berisikan kehidupan manusia yang rumit dengan menggunakan bahasa maupun isi
yang kompleks. Biasanya, sastra dewasa menceritakan percintaan, kesenjangan
sosial, ataupun masalah-masalah rumit lainnya. Misalnya, Bumi Manusia
karya Pramudya Ananta Toer. Hal tersebut tidak cocok ditujukan kepada anak-anak
karena pada dasarnya anak-anak masih memiliki pemikiran sederhana. Sastra
dewasa dibaca oleh orang-orang dewasa dan penyajian penulisan sastra tersebut
ditulis pula oleh orang dewasa.
Perbedaan sastra anak dengan sastra
dewasa :
1. Sastra anak dari segi bahasa cerita
yang dipakai adalah kalimat-kalimat yang sederhana. Sementara sastra dewasa
cenderung memakai bahasa yang rumit. Struktur gramatikal dan pemilihan diksi
yang dipakai lebih kompleks.
2.
Dari
segi kognisi. Sastra anak hanya memberikan pengetahuan dan pengenalan dalam
hal-hal tertentu. Sastra anak memberikan pengetahuan dan pengenalan yang masih
bersifat sederhana. Sementara sastra dewasa memberikan pengetahuan yang lebih
kompleks seputar kehidupan. Di dalam sastra dewasa sudah terdapat konflik,
pengalaman, dan konsep kehidupan.
3. Dari psikologis yang terkandung.
Dalam sastra anak mulai diperkenalkan cerita-cerita yang dapat membuat
anak-anak berkembang secara sosial. Sementara sisi psikologis dalam sastra
dewasa umumnya mempersoalkan banyak hal, seperti perkembangan moral,
permasalahan jiwa, dan pemahaman psikologi sosial kehidupan.
4. Dari segi sosial cerita. Sastra anak
umumnya mengambil ide cerita yang berada di sekitar kehidupan anak-anak,
seperti dalam kehidupan keluarga dan sekolah. Sosial cerita yang disampaikan
seputar berbakti pada orangtua, bersahabat baik dengan teman, dan dekat dengan
guru. Dalam sastra anak belum disampaikan sosial cerita mengenai seks,
kekerasan, dan kehidupan masyarakat yang tabu untuk anak. Ide sosial cerita
tersebut hanya ada dalam sastra dewasa
3.2
Kritik dan Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang tulisan di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentu dapat dipertanggugjawabkan.
Untuk saran dan kritik terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahkumakalahmu.ordpress.com/2009/03/18/hakikat-sstra
-anak/
KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)