Selasa, 28 Oktober 2014

Makalah Morfem,Morf dan Alomorf


Morfem,Morf dan Alomorf


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis. Sehingga penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan lengkap. Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan milik Indonesia merupakan alat komunikasi yang efektif dan efesien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu tatabahasa yang baku. Tata bahasa yang baku merupakan bahasa yang menjadi kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata.
Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas. Morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan suatu kata. Karena kurangnya pengertian tentang morfem, terhadap siswa maupun mahasiswa, yang belum mengetahui tentang ilmu yang membahas/menelaah tentang satuan terkecil suatu bahasa.
1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Morfem,Morf dan Alomorf?
2.      Apa saja yang termasuk jenis – jenis morfem?
1.3         Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari morfem,morf dan alomorf
2.      Untuk mengetahui jenis – jenis morfem



BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Morfem,Morf dan Alomorf

1.     Morfem

Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong  ke dalam satuan gramatik yang paling kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Morfem adalah unsur “bentuk” yang dengan semena – mena berhubungan dengan realisasi substansial pada tingkat fonologis bahasa (John Lyons,1995)
Ramlan,1983 mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.
Menurut Odien R. ( 2004 : 145) morfologi adalah cabang atau tataran ilmu bahasa yang bersama-sama dengan sintaksis termasuk kedalam gramatika atau tata bahasa.
Menurut Crystal (1997) mendefinisikan morfologi sebagai “ the branch of grammar studies the structure of words.’’ (morfologi merupakan cabang gramatika / tata bahasa yang mengkaji struktur kata.)

Menurut Kridalaksana (1993) yang mendefinisikan morfologi sebagai”
 (i ) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi – kombinasinya
 (ii) bagian dari truktur bahasa yang mencakup kata dan bagian – bagian kata yakni    morfem.
Menurut Verhaar  (2004 : 97) morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan – satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Contoh :
mem-perbesar        per-besar
mem-perkecil         per-kecil
mem-perdalam      per-dalam
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat  mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.

2.      Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-. Contoh lainnya,morfem pluralis sebagi (s) secara teratur direalisasikan oleh alomorf – alomorf /-s/, /-z/, /-iz/. Atau biasa dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf.

Menurut Odien R. (2004 : 147) morf adalah anggota darisuatu morfem yang belum ditentukan distribusinya atau wujud konkret / wujud fonemis dari suatu morfem.
Menurut Odien R. (2004 : 147) alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisi/ distribusinya.
Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Secara fonologis,
·         bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /l/ dan /r/;
contohnya :
melamar
melangkah
melayang
melihat
melirik
melambai
melempar
meratap
merampas
merakit
merekrut
merasa
·         bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/;
contohnya :
            membuat
            membeli
            membakar
            membanting
            memberi
            membentang
membiru
membantah
membisu
memburu
membaca
·         bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/;
contohnya ;    
mendidih        
            mendaki
            mendapat
            mendamba
            mendarat
            mendasar
mendorong
·         bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/;
contohnya :
menyapu
menyikat
menyaring
menyita
menyiram
menyetrika
menyusun
menyemen
menyemak
·         bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/;
contohnya:
menggali
            mengganti
            menggarap
            menggancu
            menggantung
menggigit
menggiling
menggulung
menggunting
·         bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku,
contohnya:
 mengecat
mengebor
mengebom
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf.









2.2         Jenis – jenis Morfem
Jenis – jenis morfem ditentukan oleh dua macam criteria, yaitu :
1.      Kriteria Hubungan
2.      Kriteria Distribusi
1.     Kriteria Hubungan
Memiliki hubungan strukktur morfem – morfem dapat dibagi atas tiga yaitu :
a)      Bersifat tambahan (aditif)
b)      Bersifat penggantian (replasif)
c)      Bersifat pengurangan (substraktif)
a)      Morfem – morfem bersifat tambahan (aditif)
Morfem ini sebenarnya morfem biasa, yang pada umumnya terdapat, seperti urutan – urutan /rumah/, /ayah/, /besar/. Unsur – unsur morfem – morfem ini tidak lain ialah penambahan yang satu dengan yang lain.
b)      Morfem – morfem bersifat penggantian (replasif)
Morfem – morfem yang bersifat penggantian terdapat,umpamanya, pada bahasa Inggris untuk menyatakan jamak,umpamanya, banyak alomorf – alomorf yang terdiri atas bentuk ini.
c)      Morfem – morfem yang bersifat pengurangan (substraktif)
Morfem – morfem ini terdapat, umpamanya, pada bahasa Perancis. Dalam bahasa ini ada sederetan bentuk – bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk – bentuk yang bersifat betina, dan sederetan bentuk – bentuk ajektif yang sama yang dikenakan pada bentuk – bentuk yang bersifat jantan secara ketatabahasaan.
Betina                          Jantan                          Arti
/mov€z/                       /mov€/                         buruk
/fos/                             /fo/                               palsu
/b n/                             /bo/                              baik
/sod/                            /so/                               panas
/pit/                              /pti/                              kecil
Bentuk yang bersifat jantan itu terdiri atas bentuk yang bersifat betina dikurangi konsonan akhir. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan. Dapat pula membalikkan hal di atas tiu, yaitu menganggap bahwa penambahan konsonan akhir itu merupakan morfem betina. Akan tetapi morfem – morfem ini akan mempunyai alomorf yang bermacam – macam, dan yang paling penting.
Jika diketahui bentuk jantannya, katakana /fraw/ ‘dingin’, kita tidak dapat memastikan dengan tegas dan segera bentuk betinanya, yaitu /frawd/. Tetapi jika bentuk betinanya yang kita ketahui, bentuk jantannya akan segera bisa dinyatakan dengan menghilangkan konsonan akhirnya saja, umpamanya, bentuk /gras/’gemuk’, bentuk jantannya ialah /gra/.
Menilik hubungan posisi terdapat juga konsonan akhirnya saja, umpamanya, bentuk /gras/ ‘gemuk’, bentuk jantannya ialah /gra/
Menilik hubungan posisi terdapat tiga jenis morfem;
a)      Bersifat urutan
b)      Bersifat sisipan
c)      Bersifat simultan
Ketiga jenis morfem ini mudah diketahui apabila diterangkan dengan memakai morfem – morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Ambillah urutan – urutan morfem – morfem /mσm/ + baca + kan. Ketiga morfem itu berurutan posisinya, yaitu yang satu terdapat sesudah yang lain. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan, karena terdapat juga bentuk /baca/, bentuk /membaca/,bentuk /bacaan/dan bentuk /membacakan/.
Jenis yang kedua adalah morfem – morfem sisipan, seperti /in/ di dalam bahasa Jawa. Dari morfem /tuku/ ‘membeli’ kata /tinuku/, terbeli/dibeli. Bisa diuraikan bahwa akhir itu terdiri atas /t….uku/ dan sisipan /in/ yang terdapat sebuah konsonan pertama /tuku/ itu.
Jenis morfem simultan (morfem tak langsung) terdapat pada bentuk – bentuk seperti:
/kehujanan/                              /hujan/
/kelamaan/                               /lama/
 /kecepatan/                             /cepat/
/kekurangan/                            /kurang/
/kehabisan/                              /habis/
/kepenuhan/                             /penuh/
/kesanggupan/                         /sanggup/
/kelemahan/                             /lemah/
/kecantikan/                             /cantik/
/keburukan/                             /buruk/
/keindahan/                              /indah/
/kesempurnaan/                       /sempurna/
/kegagalan/                              /gagal/
            /keberhasilan/                          /berhasil/
            /kemauan/                                /mau/
            /kerusakan/                              /rusak/

2.     Kriteria Distribusi
Jenis – jenis morfem yang ditentukan oleh distribusinya ada dua :
a)      Morfem – morfem bebas
b)      Morfem – morfem terikat
a)      Morfem bebas
Morfem bebas adalah morfem – morfem yang dapat diucapkan tersendiri atau dapat berdiri sendiri (Samsuri,1982). Menurut Abdul Chaer,1994 bahwa morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Misalnya,
rumah              datang
sekolah            tampan
hujan               indah
makan              buruk
duduk              bagus
minum             cantik
senang             tangis
sedih                tawa
main                rajin
lupa                 suka
bijak                ingat, dll
Kita dapat menggunakan morfem itu tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain.
b)      Morfem terikat
Morfem terikat adalah morfem tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan (Abdul Chaer,1994). Menurut Samsuri (1982) bahwa morfem terikat adalah morfem yang tak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri.
Contohnya : ter-, per-. –i, -an, ke-, ber-, me, dll. Disamping itu juga bentuk – bentuk seperti -juang, -tawa, -gurau yang diucapkan tidak pernah tersendiri, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih.
Tetapi sebagi morfem terikat,yang berbeda dengan imbuhan bisa mengadakan bentukan atau konstruksi dengan morfem terikat lain. Ketiga morfem di atas itu diberikan nama masing – masing  :
“akar”
“afik”
dan“pokok”.
Disamping itu, ada bentuk – bentuk biasanya sangat pendek yang mempunyai fungsi “memberikan fasilitas”, artinya memberikan kemungkinan bagi afiksasi selanjutnya.
Umpamanya dalam bahasa Sanskrit bentuk /wad/ ‘menulis’, tidak dapat dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan bentuk /a/ dengan begitu terjadi dasar sekunder /wada/, yang kemudian dapat memperoleh akhiran – akhiran  seperti /wadati/, /wadama/.
Bentuk /a/ seperti di atas itu disebut “pembentukan dasar”. Di dalam bahasa Latin ada juga pembentukan dasar itu.
Misalnya: bentuk /therm/ dia tidak dapat diberi akhiran sebelum diberikan bentuk /o/, sehingga berbentuk /thermo/ merupakan bentuk dasar sekunder, dan oleh sebab itu dapat memperoleh akhiran umpamanya akhiran /s/.
Disamping pembagian di atas, imbuhan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
Ø  Imbuhan terbuka
Ø  Imbuhan tertutup
Imbuhan terbuka ialah bentuk yang masih bisa menerima awalan lain.
Contohnya ;
·         awalan /per/ dan akar /besar/ menjadi /perbesar/
awalan /di/ menjadi /diperbesar/
·         awalan /per/ dan /kecil/ menjadi /perkecil/
awalan /di/ menjadi /diperkecil/
·         awalan /per/ dan /dalam/ menjadi /perdalam/
awalan /di/ menjadi /diperdalam/
·         awalan /per/, /timbang/ dan /-an/menjadi /pertimbangan/
awalan /di/ menjadi /dipertimbangkan/
·         awalan /per/, /hitung/ dan /-an/ menjadi /perhitungan/
awalan /di/ menjadi /diperhitungkan/
Imbuhan tertutup ialah bentuk yang tidak bisa lagi mendapat tambahan awalan
Contoh ;
/diperbesar/
/diperkecil/
/dipertimbangkan/
BAB III
PENUTUP
2.1   Kesimpulan
Morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Contoh :
mem-perbesar        per-besar
mem-perkecil         per-kecil
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-.
Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan dan ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem.
Jenis – jenis morfem ditentukan oleh dua macam criteria, yaitu :
1.      Kriteria Hubungan
2.      Kriteria Distribusi




2.2   Kritik dan Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang tulisan di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di pertanggungjawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan

3 komentar: